REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Palang Merah Indonesia (PMI) mendistribusikan bantuan sebanyak 267 ribu liter air bersih di beberapa wilayah sehubungan dengan terjadinya bencana kekeringan.
"Kami telah memobilisasi para relawan untuk turun ke lokasi bencana dan mendistribusikan 267 ribu liter air bersih ke provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor," kata Pengurus Pusat PMI Ketua Bidang Penanggulangan Bencana Sumarsono, Selasa (28/7).
Sejak pertengahan Mei lalu, bencana kekeringan telah terjadi di wilayah Kabupaten Bogor, Bekasi, dan Jawa Tengah. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau masih akan berlangsung hingga Oktober 2015, akibatnya masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih dan beberapa area persawahan terancam gagal panen.
Lebih lanjut Sumarsono mengatakan untuk bencana kekeringan di wilayah Provinsi Jawa Tengah, sejak Mei 2015 PMI telah memobilisasi 42 truk tangki air dengan kapasitas 6.000 liter untuk mendistribusikan air bersih sebanyak 222.000 liter dengan total penerima manfaat sebanyak 2.202 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di 35 desa di kabupaten Grobogan, Cilacap, Tegal dan Boyolali.
Wilayah Kabupaten Bogor yang mengalami kekeringan terparah berada di Kecamatan Cariu, Cibunglang, Ciampea, Rumpin dan Jonggol.
Mulai pertengahan Juli ini, PMI telah mendistribusikan 30.000 liter air bersih dengan total penerima manfaat sebanyak 1.150 KK.
Sedangkan untuk Kabupaten Bekasi, PMI telah mendistribusikan 15.000 liter air bersih yang diterima oleh 680 KK di kecamatan Babelan dan Cibarusah, yang merupakan daerah terparah mengalami kekeringan.
Hingga kini, PMI masih terus mendistribusikan air bersih ke wilayah terdampak kekeringan mengingat air bersih merupakan kebutuhan utama saat ini.
Sebelumnya Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan puncak kekeringan di sejumlah daerah di Indonesia diperkirakan terjadi pada bulan Oktober dan November.
Kondisi tersebut, menurut dia, terjadi disebabkan adanya pergerakan Badai El Nino Moderat. Hal tersebut memengaruhi khususnya wilayah selatan equator (khatulistiwa).
Beberapa daerah yang akan mengalami efek langsung Badai El Nino adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku.
Meski pengaruh El Nino kali ini lebih kecil dibanding 1997, kekeringan yang terjadi lebih parah dibanding 2014, khususnya di Jawa, Bali, NTB, dan NTT.