REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi titik panas (hot spot) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di berbagai wilayah Tanah Air akan terus meningkat hingga Oktober 2015 mendatang. Banyaknya hot spot karhutla ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, karhutla bukan hal baru karena selalu terjadi setiap tahun di Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan.
Berdasarkan tren hot spot di Sumatra antara tahun 2006-2014, kata dia, masa kekeringan terjadi selama lima bulan yaitu Juni hingga Oktober. Sedangkan tren kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan, dia melanjutkan, hanya terjadi selama tiga bulan yaitu Agustus hingga Oktober.
Meski titik hot spot di tahun 2015 ini diklaimnya menurun, namun sedikitnya ada 308 titik panas kebakaran lahan yang terdeteksi di Sumatra dan Kalimantan.
“Hot spot akan terus meningkat, apalagi puncak kemarau sekitar September hingga Oktober. Padahal, kita masih memasuki bulan Juli,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (28/7).
Karena masih tingginya kesengajaan membakar hutan dan lahan, Sutopo menyebutkan ada 10 provinsi yang mengalami kebakaran lahan. Provinsi itu adalah Aceh; Sumatra Utara (Sumut); Riau; Sumatra Selatan (Sumsel); Kalimantan Barat (Kalbar); Kalimantan Tengah (Kalteng); Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara).
“Tetapi titik hot spot yang terparah berada di Riau, Jambi, dan Sumsel,” katanya.
Untuk mengatasi persoalan ini, kata dia, Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) koordinator dan penanggung jawab karhutla secara nasional. Kepala daerah yang memimpin upaya penanggulangannya di daerahnya.
BNPB sifatnya membantu Kementerian LHK dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam penanganan karhutla. “Namun, kami telah mengerahkan dua pesawat terbang untuk operasi hujan buatan di Riau dan Sumsel,” katanya.
Pihaknya juga menyewa helikopter berkapasitas besar untuk pemboman air dan ditempatkan di Riau dua unit yaitu heli Sikorsky dan MI-171 dan di Palembang satu unit yang sekali terbang mampu mengangkut 4.500 liter air untuk water bombing.
BNPB juga mengaku masih mengusahakan pinjam pesawat untuk hujan buatan di Kalimantan yang operasionalnya dilakukan BPPT. Begitu pula sewa pesawat dan heli ditambah sesuai permintaan pemerintah daerah (pemda) dan ancaman karhutla yang ada.