Ahad 26 Jul 2015 20:07 WIB

Akibat Kekeringan, Umur Padi Hanya 40 Hari

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Maman Sudiaman
Seorang petani menanam biji palawija di areal sawah yang mengering di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (7/7).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Seorang petani menanam biji palawija di areal sawah yang mengering di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang menyebutkan, tujuh kecamatan di wilayahnya mengalami kekeringan parah. Ketujuh kecamatan itu yakni Kecamatan Losarang, Kandanghaur, Arahan, Balongan, Karangampel, Juntinyuat dan Krangkeng. Umur tanaman padi di daerah-daerah tersebut berkisar antara 30 hingga 40 hari.

Padahal, umur normal padi adalah 100 hingga 120 hari atau sekitar empat bulan. Menurutnya, kondisi tersebut terjadi akibat minimnya pasokan air dari bendung Rentang. Daerah-daerah yang terancam kekeringan tingkat parahpun terletak di ujung saluran irigasi bendung Rentang.

''Pakai pompanisasi pun tidak bisa karena irigasi dan sungainya sudah kering,'' tutur Sutatang.

Salah seorang petani di Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Sadi mengaku sudah mengeluarkan modal sekitar Rp 5 juta. Selain untuk biaya tanam, modal itupun digunakan untuk mengupayakan pompanisasi.

''Tapi sekarang sungainya sudah kering. Tanaman padi saya yang sudah berumur sebulan kini mati,'' ujar Sadi.

Terpisah, seorang petugas di Bendung Rentang, Irdam, menyebutkan, pada Kamis (23/7), debit air di saluran induk (SI) Sindupraja hanya tinggal 8,978 meter kubik per detik. Sedangkan untuk SI Cipelang, debitnya tinggal 6,491 meter kubik per detik.

 

Padahal, dalam kondisi normal, debit air yang mengalir melalui SI Sindupraja mencapai 29 - 30 meter kubik per detik. Sedangkan debit normal SI Cipelang bisa mencapai sekitar 25 meter kubik per detik.

 

''Debit air di bendung Rentang memang terus menurun,'' ujar Irdam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement