REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Dampak musim kemarau kian dirasakan sejumlah warga desa di Kabupaten Boyolali. Warga yang tinggal didaerah 'pelanggan' bencana kekeringan, mulai kesulitan krisis air baku. Bahkan, sebagian terpaksa minum air yang tidak layak konsumsi.
Imbas sulit mendapatkan air baku, membuat harga air tangki ikut naik. Kenaikkan harga air tangki setidaknya dirasakan warga Kecamatan Musuk,Kabupaten Boyolali. ''Harga air dalam kondisi normal Rp 85 ribu per tangki kapasitas 6.000 meter. Sampai di kawasan Desa Sruni, melonjak hingga Rp 100 ribu,'' kata Hartono (50) seorang warga, Ahad (27/7).
Harga air tangki tersebut, kata Hartono, akan semakin mahal jika permintaan dari warga yang tinggal didaerah lebih atas pegunungan hingga Desa Sruni. Seperti, Desa Jemowo atau Cluntang, Kecamatan Musuk.
Air saat ini merupakan kebutuhan primer bagi warga di sana. Harga berapapun, terpaksa harus membeli. Karena memang sudah tidak ada cadangan air bersih di sumur maupun mata sumber mata air lagi,'' tambah Muchroji (45), warga Desa Sruni, Kecamatan Musuk.
Satu tangki air bersih, menurut dia, hanya mencukupi kebutuhan selama satu minggu. Soalnya, selain untuk kebutuhan minum dan dapur, air tersebut juga untuk mencukupi kebutuhan minum ternak sapi perah. Jika kunsumsi air sapi perah kurang, berdampak pada produksi susu.
Jika tidak tersedia air yang mencukupi, dipastikan produksi susu sapi perah mereka akan susut drastis. Dampaknya, seringkali warga harus mengalah. Kadang warga terpaksa jarang mandi, mending air untuk kunsumsi ternak. Kejadian seperti ini, terus berulang sepanjang tahun setiap musim kemarau panjang tiba.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra)Pemkab Boyolali, Dadar Hawananto, menyatakan siap menyalurkan bantuan air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan. Ia memprakirakan penyaluran air bersih mulai dibutuhkan warga sekitar Agustus mendatang.
''Untuk persiapan distribusi bantuan air bersih ini, kami juga sudah melakukan sosialisasi kepada masing-masing camat. Kemudian diteruskan ke tingkat desa. Warga desa yang menghendaki droping air diminta mengajukan proposal ke Bagian Kesra pemkab,'' tambah Dadar.