Sabtu 25 Jul 2015 13:52 WIB

Cisadane Mengering, Sawah di Tangerang Terancam Gagal Panen

Rep: c18/ Red: Dwi Murdaningsih
Tanah kering di kawasan gersang Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (25/9).Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperdiksrta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi akan mengalami kekeringan hingga Oktober mendatang.
Tanah kering di kawasan gersang Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (25/9).Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperdiksrta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi akan mengalami kekeringan hingga Oktober mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Areal persawahan di Kabupaten Tangerang terancam mengalami gagal panen. Hal tersebut terjadi lantaran debit sungai Cisadane yang terus menurun.

"Saluran irigasi mereka pasti terganggu karena suplai air ke daerah hilir bakal kering," terang Kepala Bendungan Pintu Air 10 Sungai Cisadane, Sumarto, Sabtu (25/7) di Tangerang.

Puluahan desa tersebut, kata Sumarto, merupkan desa yang berada dikawasan hilir sungai Cisadane. Katanya, sawah di Desa Rajeg, Mauk dan Kresek sangat mengandalkan suplai air dari Cisadane.

Sementara, Sumarto menjelaskan ketinggian air di sungai Cisadane dalam kondisi normal adalah 12 meter dengan volume air 50 meter kubik perdetik. Saat ini, lanjutnya, permukaan air berada di ketinggian 11 meter dengan debit air 20 meter kubik per detik.

"Itu sudah turun satu meter dari batas normal dan cukup mengancam," katanya.

Sementara berdasarkan pantauan dilapangan, debit air di hulu sungai Cisadane dekat pintu 10 mulai berkurang. Dasar sungai sedalam 13 meter tersebut sudah terlihat dan mengering. Kekeringan tersebut, ungkap Sumarto, telah berlangsung kurang lebih dua bulan kebelakang. Lanjutnya, dalam kurun waktu tersebtu permukaan air sungai sudah turun cukup jauh.

"Ini hitungannya sudah menyusut jauh. Sudah masuk kategori krisis air," kata Sumarto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement