REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Ratusan hektare areal sawah petani Kota Bengkulu yang ditanami padi berusia satu bulan terancam kekeringan karena debit air irigasi dari Danau Dendam Tak Sudah terus menyusut.
"Kemarau sudah hampir dua bulan sehingga air menyusut dan sawah kami kekeringan," kata Budi Balet, petani padi di Kelurahan Dusun Besar Kota Bengkulu, Jumat (24/7).
Budi menambahkan bahwa ada lebih 500 hektare padi sawah milik petani yang terhampar di wilayah itu. Lebih dari setengah luasan sawah tersebut sudah mengalami kekeringan dan terancam gagal panen bila tidak ada air.
Ia mengatakan guna mengatasi kekeringan tersebut, mereka menggunakan pompa air untuk menyedot air dari saluran irigasi sekunder.Air yang disedot menggunakan mesin pompa dan bantuan pipa sepanjang lebih 100 hektare.
"Setiap dua hari sekali harus dipompa karena tanah sudah retak-retak," katanya.
Budi mengatakan masih tergolong beruntung karena letak bidang sawah tidak terlalu jauh dari irigasi sekunder. Berbeda dengan sawah milik petani lainnya yang berada di tengah-tengah persawahan.
Pemilik sawah sudah pasrah sebab pipa pompa air tidak sampai ke sawah mereka. "Beberapa petani memang mendapat mesin pompa air dari pemerintah tapi air yang akan dipompa sudah tidak ada .Sawah yang dibiarkan kering itu sudah mulai diserang hama ulat," ucapnya.
Hasnul, petani yang memiliki 10 petak sawah di lokasi tersebut mengatakan pasrah dengan kondisi tanamannya yang mulai kekeringan. "Saya tidak punya pompa dan sumber air juga sangat jauh," ujarnya.
Ia mengatakan hanya bisa menyiangi tanaman dan berusaha menanggulangi hama tikus dan ulat yang menyerang tanaman pangan itu. Hasnul terlihat sedang mencari capung untuk dijadikan umpan tikus yang menyerang tanaman padinya.