REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Walikota Malang, Mochammad Anton menggelar deklarasi kebulatan tekad umat beragama.
Acara ini dihadiri Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Malang dari enam komunitas agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu). Dalam deklarasinya Anton menyampaikan tiga poin deklarasi kebulatan tekad umat beragama.
"Salah satunya adalah akan senantiasa mengawal Kota Malang dan selalu berperan aktif agar kota Malang lebih kondusif dan cepat terwujud Kota Malang yang bermartabat serta mewujudkan tri kerukunan hidup umat beragama," kata Anton di Balaikota Malang, Rabu (22/7).
Selain deklarasi kebulatan tekad umat beragama, Polresta Malang juva menyebar seluruh personelnya untuk mengawal ibadah di seluruh Gereja KotaMalang, Jawa Timur. Ini mereka lakukan guna menjaga toleransi antarumat beragama di KotaMalang pascainsiden di Papua.
“Personel yang ditempatkan seusai kebutuhan, namun demikian, saat ini tiap gereja dijaga minimal dua orang,” kata Kapolresta Malang AKBP Singgamata.
Singgamata menjelaskan, pengawasan polisi di gereja dilakukan selama ibadah, yaitu pada Sabtu dan Ahad. Di Kota Malang, jumlah gereja mencapai 80 buah.
Selain ibadah, polisi tetap menjaga keamanan gereja dengan berpatroli di lingkungan sekitar gereja. “Kami juga berkordinasi dengan petugas keamanan di gereja untuk mewujudkan kenyamanan beribadah para jemaat gereja,” tambah dia.
Singgamata mengatakan, Sabtu (19/7), ia menerima kunjungan pengurus gereja se-Jawa Timur di kantornya. Polresta Malang memutuskan untuk menjaga pelaksanaan ibadah di seluruh gereja Kota Malang pascainsiden di Tolikara, Papua.
Penjagaan tersebut dilakukan dengan menempatkan personel, dan memeriksa barang bawaan jemaat yang akan beribadah. Pemeriksaan dilakukan bersama petugas keamanaan gereja.
Hingga kini, lanjut Singgamata, keputusan tersebut belum dicabut. “Penjagaan ini tetap dilakukan hingga situasinya kondusif,” ungkapnya.
Selain menjaga pelaksanaan ibadah, PolrestaMalang juga menyambangi tempat tinggal para mahasiswa Papua seusai insiden di Papua, serta mengumpulkan seluruh pemuka agama. Ini dilakukan agar situasi Kota Malang selama lebaran tetap kondusif dan tak perpancing isu SARA.