Rabu 22 Jul 2015 17:24 WIB
pembakaran masjid, insiden tolikara

Tumbuhkan Rasa Nasionalisme

Rep: Andi Nurroni/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan saat membuka  'Masa Depan Nasionalisme Indonesia: Kedaulatan, Kebangsaan, Kewarganegaraan, dan Kepempinan
Foto: MPR
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan saat membuka 'Masa Depan Nasionalisme Indonesia: Kedaulatan, Kebangsaan, Kewarganegaraan, dan Kepempinan

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Danrem 084 Bhaskara Jaya Kol Inf Nur Rahmad menghimbau masyarakat menyikapi insiden di Tolikara dengan bijaksana.

Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah bagaimana menumbuhkan rasa nasionalisme untuk memperkokoh kesatuan bangsa dan negara.

Nur Rahmad yang sempat bertugas di Sorong dan Manokwari bercerita, sejatinya tidak ada masalah toleransi antarumat beragama di Papua.

“Saat perayaan Natal, warga Muslim ikut membantu pelaksanaan. Begitu pula saat Idul Fitri, warga yang beragama Kristen ikut mengucapkan selamat dari rumah ke rumah,” kata dia.

Nur Rahmad menilai kerusuhan di Tolikara bukan merupakan konflik antara agama satu dan lainnya, sebab korban tidak hanya dari pihak Muslim saja. Kios-kios milik warga Kristen juga turut hangus saat peristiwa pembakaran.

Lebih jauh, Nur Rahmad menekankan bahaya perang proksi atau proxy war. Dalam perang proksi, kata Nur Rahmad, musuh menggunakan pihak ketiga untuk menyerang.

Strategi tersebut, menurut Nur Rahmad, juga menggunakan cara-cara adu domba untuk memecah belah musuh. “Oleh karenanya, kita tidak perlu terpancing. Sebab di Tolikara sendiri, masalah sudah selesai. Bangunan masjid dan kios-kios yang terbakar juga sedang dibangun kembali,” kata dia.

Senada dengan Nur Rahmad, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah menambahkan, tujuan perang proksi adalah membentuk gelombang kejahatan baru.

Guna mengantisipasi hal tersebut, Yan Fitri menegaskan pihaknya mengintensifkan patroli yang selama ini memang sudah rutin dilaksanakan. “Kami menjalankan beberapa fungsi diantaranya patroli, memonitor, serta menggali informasi di tengah-tengah masyarakat,” tuturnya.

Menurut dia, Surabaya perlu adanya pernyataan sikap bersama para tokoh lintas agama. Hal itu sebagai penegas bahwa di Surabaya sama sekali tidak ada masalah toleransi beragama.

“Secara umum kondisi di Surabaya sangat kondusif dan kejahatan juga menurun. Intinya relatif aman. Sejauh ini tidak ada kejadian yang menonjol,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement