Rabu 22 Jul 2015 13:48 WIB

Netizen Diminta tak Perkeruh Insiden Tolikara

Papan nama Masjid Baitul Mutaqqin, Karubaga, Tolikara.
Foto: Twitter
Papan nama Masjid Baitul Mutaqqin, Karubaga, Tolikara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengimbau kepada netizen tidak membuat pernyataan atau memberikan informasi melalui media sosial yang memperkeruh situasi pascainsiden di Tolikara, Papua.

"Kita imbau, paling-paling kita ajak temen-temen jangan asal 'forward' berita-berita, cek dululah sekali lagi, itu aja. Kalau gak tahu seperti apa, jangan memperkeruhlah," katanya, Rabu (22/7).

Menteri mengakui, di zaman teknologi informasi saat ini, media sosial terus berkembang. Media sosial juga memberikan informasi-informasi secara bebas dan tak terkendali, yang sayangnya seringkali tingkat akurasinya rendah.

"Kalau kita bicara media, ya media elektronik, media cetak, media 'online' (daring), media sosial. Semakin ke sini, tingkat keakurasiannya semakin rendah. Kembali karena media sosial ini boleh dikatakan 'less controllabel'," katanya.

Terkait dengan penyaringan media-media sosial maupun situs "online" yang dinilai bisa memperkeruh suasana, Menteri Rudiantara menyerahkan kepada panel yang telah dibentuk Kementerian Kominfo.

"Kalau masalah 'filtering' ada aturannya, kita kan ada panel dan memenuhi kriteria tertentu kan," ujarnya.

Seperti diberitakan, terjadi penyerangan oleh sejumlah massa saat Shalat Id yang digelar umat Islam di Karubaga, Ibu Kota Kabupaten Tolikara, Papua, pada Jumat pagi, 17 Juli 2015. Insiden tersebut merembet hingga terjadi pembakaran sejumlah kios dan terbakarnya sebuah masjid.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement