REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Pesta minuman keras (miras) oplosan kembali merenggut nyawa. Di Kabupaten Cirebon, sedikitnya enam orang tewas akibat minuman haram tersebut.
Kapolsek Susukan, AKP Supriyadi menjelaskan, jumlah korban tewas sementara ini berjumlah enam orang. Yakni empat orang dari Desa Ujung Gebang, Kecamatan Susukan dan dua orang dari Desa Luwung Kencana, Kecamatan Susukan.
''Itu data yang tercatat sementara ini. Anggota kami di lapangan masih melakukan pendataan,'' ujar Supriyadi, Ahad (19/7).
Ada pun korban tewas yang berasal dari Desa Ujung Gebang, Kecamatan Susukan, yaitu Markadi (18), Isyadi (17), Asep (17) dan Arto (25). Sedangkan korban tewas dari Desa Luwung Kencana bernama Mistara (22) dan Muhamad (15).
Tewasnya korban terjadi secara bertahap sejak Sabtu (18/7) hingga Ahad (19/7). Salah satu korban yang tewas pada Ahad (19/7) adalah Arto, warga Desa Ujung Gebang.
Selain korban tewas, pesta miras yang berlangsung pada Sabtu (18/7) itu juga menyebabkan lima orang lainnya menjalani perawatan intensif di sejumlah rumah sakit. Adapun kelima orang itu, yakni tiga orang berasal dari Desa Ujung Gebang dan dua orang dari Desa Luwung Kencana.
Salah seorang korban selamat asal Desa Ujung Gebang, Supri, menjelaskan, pesta miras itu dilakukannya bersama teman-temannya pada Sabtu (18/7). Miras yang mereka konsumsi itu berupa tuak yang dicampur dengan obat batuk dan lotion anti nyamuk.
''Saya minum sedikit, badan sudah langsung terasa hangat,'' katanya.
Ia mengatakan, selang beberapa jam setelah berpesta miras itu, dirinya merasakan mual dan pusing. Bahkan, beberapa orang temannya harus dilarikan ke rumah sakit dan sampai ada yang meninggal dunia.
Sementara itu, salah seorang warga setempat yang enggan disebut namanya, mengatakan, jumlah korban tewas akibat pesta miras oplosan itu totalnya mencapai 11 orang. Dari jumlah itu, tujuh orang berasal dari Desa Ujung Gebang, Kecamatan Susukan dan empat orang lainnya dari Desa Luwung Kencana Kecamatan Susukan.
Selain 11 korban tewas, adapula sekitar 12 korban lainnya yang masih dirawat di sejumlah rumah sakit. Yakni di RS Arjawinangun, RS Sumber Waras dan RS Mitra Plumbon. Warga itupun mengaku sangat prihatin dengan peristiwa itu.
Dia menilai, kejadian tersebut tak lepas dari pembiaran yang dilakukan aparat desa terhadap kebiasaan para pemuda desa setempat yang kerap mabuk-mabukkan.
''Kalau malam minggu, banyak pemuda yang mabuk-mabukkan di lapangan bola, di pinggir sawah. Tapi aparat desa membiarkannya,'' katanya.