REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Relawan Indonesia untuk Palestina, Abdillah Onim memberikan masukan bagi para aparat keamanan dan pemerintah daerah terkait dengan tragei Torilaka yang telah menghanguskan tempat ibadah pas Hari Raya Idul Fitri, Jumat (17/7).
Onim meminta aparatur negara agar mencermati tragedi yang terjadi di Papua. ''Tragedi di Papua harus dicermati dengan baik. Harus diselesaikan secara tuntas,'' desak Abdillah Onim melalui surat elektronik yang diterima Republika, Sabtu (18/7).
Onim yang telah tinggal selama enam tahun di gaza dan menikahi Muslimah Palestina, menyarankan aparatur negara untuk mampu berkomunikasi para tokoh agama Kristen.
''Ajak komunikasi secara persuasif kepada para toko agama kristen, undang masing-masing tokoh khususnya tokoh adat dan beri pencerahan dan bimbingan,'' ujarnya menjelaskan.
Jika aparatur negara dan pemerintah daerah tidak serius dan menganggap remeh permasalahan yang ada di Papua, Onim yakin 1000 persen, kejadian serupa akan terulang.
''Seperti yang terjadi di Maluku dan Maluku utara tahun 1999, hanya memakan waktu sehari, maka kerusuhan akan merembet. Saya berharap, semoga hal itu tidak terjadi,'' kata Abdilah Onim.
Kejadian di Papua mengingatkan Onim akan agresi Israel atas Gaza Juli-Agustus akhir tahun 2014, saat Umat Islam melaksanakan puasa dan sedang berbuka puasa tiba-tiba pesawat tempur jenis jet f16 terbang rendah dan membombardir rumah serta menghancukran masjid.
Bahkan, tulis Onim, saat umat Muslim Gaza sedang makan sahur dan tengah melaksanakan shalat Idul Fitri, israel menjatuhkan bom yang menghancurkan rumah dan masjid.
''Korban pun berjatuhan baik tewas dan luka-luka. Tercatat lebih dari 2200 warga sipil Gaza tewas dan lebih dari 11. 000 mengalami luka-luka. Puluhan rumah rata dengan tanah, begitu pun ratusan masjid rata dengan tanah,'' jelas Onim.