REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Albertus Patty, menilai insiden pembakaran masjid di Tolikara merupakan akumulasi dari berbagai faktor. Tidak hanya faktor agama, faktor sosio-ekonomi turut memicu konflik tersebut.
"Tampaknya ini akumulasi dari berbagai faktor. Ada faktor ketegangan penduduk lokal dan pendatang, kemudian konflik elite yang memasuki ranah keagamaan," Albertus Patty kepada Republika, Jumat (17/7) malam.
Patty menjelaskan, kaum Kristen dan umat Islam di kabupaten Tolikara berbeda suku. Orang-orang Papua, yang kebetulan Kristen, makin tersisih karena kalah dalam persaingan ekonomi. Apalagi orang Papua merasa selama ini mereka dieksploitasi kaum pendatang, termasuk oleh aparat.
Ia melanjutkan, permasalahan tersebut diperuncing dengan konflik elite partai dalam hubungannya dengan Pilkada. Karena itu, Patty menegaskan adanya faktor-faktor lain di luar agama yang turut bermain.
Namun, tak dipungkiri ada pula faktor fundamentalisme agama, termasuk karakter Gereja Injili di Indonesia (GIDI).