REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah warga mensyukuri perayaan Idul Fitri 1436 Hijriah/2015 Masehi yang diselenggarakan bersamaan.
"Jika bersamaan seperti ini lebih menyenangkan dan lebih terasa Lebarannya," kata Zulfan (28 tahun), Jumat (17/7).
Menurut pria asal Bantul, Yogyakarta ini dia telah terbiasa berbeda menjalani Lebaran yang berbeda. Alasannya kedua orang tuanya memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Ibu Zulfan berasal dari kalangan Muhammadiyah, sementara ayahnya dari keluarga Nahdlatul Ulama.
"Kalau beda sepertinya jadi kurang 'greget'," kata dia.
Senada, Nuraida (25 tahun) mengatakan dirinya lebih senang jika Lebaran dirayakan secara bersama-sama oleh sebagian besar Muslim di Indonesia.
"Lebaran berbarengan ini seperti merayakan shalat Id tidak sendirian dan tentu terasa lebih meriah," kata Aida.
Kendati senang dengan Idul Fitri yang bersamaan, Aida mengaku kemeriahannya tidak terasa penuh lantaran perempuan asal Depok, Jawa Barat ini harus masuk kerja di hari Lebaran.
"Meski ada teman tapi tentu saya akan lebih senang jika shalat Idul Fitri dilakukan di rumah bersama keluarga besar di rumah," kata perempuan yang bekerja di salah satu BUMN ini.
Tahun ini pemerintah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah/2015 Masehi pada Jumat setelah peserta sidang isbat di Kementerian Agama, Jakarta sepakat tentang berakhirnya Ramadhan pada Kamis (16/7).
Ikuti Whatsapp Channel Republika