Jumat 17 Jul 2015 10:06 WIB

Khatib Istiqlal: Kemajemukan Perkokoh Persaudaraan Bangsa

Ilustrasi Lebaran
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi Lebaran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khatib Aam Syuriah PBNU Malik Madani dalam khutbah Idul Fitri 1436 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (17/7), menyampaikan kemajemukan di Indonesia harus dikelola dengan baik untuk memperkokoh ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan antaranak bangsa.

"Ukhuwah wathaniyah adalah persaudaraan antaranak bangsa yang mantap dan kuat," kata Malik di hadapan jamaah yang di antaranya adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta.

Malik mengingatkan sebagian umat Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika masih ada yang tercabik-cabik dalam teror pemberontakan dan peperangan, yang diharapkan dapat segera berakhir dengan kedamaian.

Di Indonesia, ujar dia, bangsa ini dikenal memiliki sejarah yang panjang dalam memperkuat ukhuwah sehingga dapat terjaga dalam menghadapi tantangan baik dari dalam maupun dari luar negeri.

"Bangsa ini sadar akan kemajemukan yang rawan potensi konflik antar-anak bangsa bila tidak dikelola dengan baik," katanya.

Untuk itu, konsep bhineka tunggal ika yang telah digali dari para "founding fathers" (bapak bangsa) tidak lagi hanya menjadi sekadar wacana tetapi juga tercermin dalam sikap perilaku anak bangsa.

Dalam wacana tentang ukhuwah, lanjutnya, ada tiga macam ukhuwah yaitu ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah (persaudaraan antara sesama anak bangsa tanpa membedakan agama) serta ukhuwah insaniyah (persaudaraan antarmanusia tanpa membedakan bangsa dan agama).

Ia berpendapat, ukhuwah islamiyah lebih tepat disebut ukhuwah diniyyah atau ukhuwah imaniyyah sehingga hubungan antaragama memiliki peluang yg sama utk menjadi ukhuwah.

Khatib juga mengingatkan eksistensi sebuah bangsa diakui secara jelas dalam Alquran, yang mengemukakan penciptaan bangsa-bangsa dimaksudkan untuk saling kenal mengenal dan bekerja sama dalam membangun bersama dan memperjuangkan terciptanya rasa aman adil makmur dan sejahtera tanpa ada hak-hak bangsa lain yang dilanggar.

"Diperlukan semangat moderasi dan toleransi. Dengan semangat ini tidak ada peluang radikalisme mengusik umat beragama," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement