REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Kekeringan, terjadi merata di hampir seluruh daerah di Jabar. Yakni, di 27 kabupaten/kota di Jabar. Bahkan Kota Bandung, menjadi salah satu wilayah yang paling parah tingkat kekeringannya. Sehingga masyarakat pun kini mulai kesulitan mendapatkan air bersih.
Menurut Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat Anang Sudarna, saat ini sudah banyak lahan persawahan dan pertanian di Jabar yang mengalami kekeringan di musim kemarau ini.
"Sekarang, kekeringan sudah terjadi dimana-mana, lahan sawah pun sudah banyak yang kering," ujar Anang kepada wartawan, Senin (13/7).
Anang mengatakan, kekeringan ini kemungkinan masih terus berlanjut. Karena, puncak kekeringan itu ada di bulan Agustus.
Menurut Anang, kekeringan tersebut terjadi akibat terjadinya kerusakan lingkungan di semua berbeda. Jadi, kondisi tersebut berbeda dengan perubahan iklim atau climate change.
Kalau climate change, kata dia, tidak disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan manusia. Misalnya, penambangan. Aktivitas penambangan, penebangan, pembakaran sampah, dan pengelolan sampah yang tidak baik ini lah, yang berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Kekeringan yang terjadi sekarang ini, kata dia, lebih disebabkan karena kerusakan lingkungan yang masif. Sehingga, mengakibatkan kondisi lingkungan sangat parah. Salah satunya, kekeringan. "Suplai air pun tidak ada, atau berkurang jauh. Ini karena, banyak daerah resapan air yang di rusak," katanya.
Masyarakat, kata dia, sekarang banyak yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Salah satu daerah yang paling parah, adalah Kota Bandung. Daerah lainnya, Cirebon, Karawang, dan Garut.
"Di 27 kabupaten/kota di Jabar hampir semuanya mengalami kekeringan dan itu merata," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, BLHD Jabar terus mendorong masyarakat agar memperbaiki lingkungan dan menghentikkan langkah destruktif, seperti penambangan. "Bahan tambang memang diperlukan, tapi jangan merusak lingkungan," katanya.