Senin 13 Jul 2015 10:28 WIB

Jika tidak Hati-Hati, Keraton Yogya Bisa Seperti Solo

Rep: Yulianingsih/ Red: Erik Purnama Putra
Keraton Yogyakarta
Foto: Republika/Imam Budi Utomo
Keraton Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sudjito, menengarai konflik internal di Keraton Yogyakarta bisa berakibat konflik besar hingga perpecahan, seperti di Keraton Kasunanan Solo. "Itu bergantung dari Sultan X sendiri dan adik-adiknya," ujar Arie kepada Republika, Senin (13/7).

Menurut Arie, Sultan X harus melakukan pendekatan proaktif kepada adik-adiknya untuk meredam konflik tersebut. Begitu pula adik Sultan juga harus bisa melakukan dialog untuk menyelesaikan konflik yang ada. Jika masing-masing pihak bersikeras, konflik Keraton Solo akan terulang di Keraton Yogyakarta.

Diakui Arie, jika tidak ada pendekatan satu sama lain, momen-momen konflik seperti pengukuhan GBPH Prabukusumo menjadi Sultan XI akan terus bermunculan. Karena saat ini, kata dia, Keraton sudah mengalami pergeseran kepentingan karena pengaruh ekonomi dan politik.

"Keraton sekarang bukan hanya soal status sosial ekonomi semata, tetapi juga pengelolaan aset. Di mana raja bukan lagi sebuah simbol kultural, tapi pengelola aset keraton yang luar biasa besar," katanya.

Adanya paugeran, UU Keistimewaan itu merupakan justifikasi legal atas peran tersebut. Karena pergeseran itu, relasi kekeluargaan dalam Keraton juga mengalami perubahan. Di satu sisi ada adat istiadat Jawa, tapi sisi lain ada demokrasi.

"Mestinya ada ruang negosiasi bersama. Jika tidak, konflik akan semakin memanas," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement