Ahad 12 Jul 2015 23:18 WIB

Lestarikan Kesenian Banyumas!

Rep: c94/ Red: Agung Sasongko
Warga melakukan arak-arakan dengan memainkan musik
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Warga melakukan arak-arakan dengan memainkan musik "tek-tek Banyumas" dalam acara "Festival Grebeg Suran Baturraden" menuju Lokawisata Baturraden, Banyumas, Jateng, Minggu (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Eksistensi kesenian tradisional Banyumas mulai terancam perkembangan zaman. Kesenian ini mungkin saja tak lama lagi punah bila tidak ada generasi yang melestarikan.

"Di Banyumas, ada 68 seni pertunjukan rakyat yang sekarang masih eksis tinggal lengger, ebeg, dan wayang kulit. Selain itu, tidak ada yang eksis tumbuh dengan normal,"kata Yusmanto selaku penggiat komunitas di Purwoketo, saat melakukan pertunjukan dalam Pasar Asyiiik di Taman Andang Pangrenan, Kabupaten Banyumas, kepada ROL, Sabtu (11/7).

Artinya, lanjut Yus, sebanyak 65 jenis kesenian masih butuh uluran tangan berbagai pihak untuk bertahan.

Ia teringat ketika merintis kesenian tradisional awal tahun 90-an, kesenian yang ditekuninnya itu dianggap layaknya pemulung sampah.  "Seperti dicibir, lengger seolah prustitusi terselubung ketinggalan zaman tidak bermakna lagi pada sekarang,"katanya.

Negarikung misalnya, kata Yus, merupakan kultur budaya di luar tembok keraton yang dijiwai semangat kerakyatan. Karena itu, kesenian ini bermakna Brayan yakni hidup bersama dalam kesetaranan.

Ada sebuah pemikiran besar dalam kesenian trasidional di Banyumas. Pemikiran itu terbagi menjadi dua arah. Pertama, pelestarian yang terus berlanjur yakni kesenian sebagai kebutuhan masyarakat  seperti kesenian yang ada gugubang, lesung, kembang cowongan. minta hujan siwul, dan sebagainya.

Kedua, pelestarian dikembangkan melalui inovasi dengan beragam referensi pengembangan konsep kesenian. Ini kemudian melahirkan tarian Banyumasan, teater, dan upacara tradisional. "Conglung. Kroncong dengan banyungan dengan geger. Reggeger kombilasi dengan lengger.  

Calung lengser barongsai (calengsai). Sebagai upaya pelestarian pada generasi muda,"kata Yus.

Yus menambahkan, lembaga pendidikan di Purwokerto saat ini berperan penting dalam pelestarian budaya Jawa. Hal itu terlihat dari jalur penerimaan minat dan bakat mahasiswa tanpa tes.  "Seperti minat seni yang  melakukan test pada kemampuan tari atau kesenian tradisionalnya pada calon mahasiswa,"katanya.

Sedangkan, lanjutnya, di Purwokerto sendiri terdapat sekolah yang bergerak dibidang seni pertujukan yakni SMK Negeri 3 Banyumas.  Tanggal 7 sampai 10 Agustus mendatang, kata Yus,  sanggarnya akan ikut serta dalam gelar tradisi komunitas adat Jawa di Simpang Lima Semarang.

Acara itu dilaksanakan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan. Selain di Semarang, pada Oktober sanggar binaan Yus akan berkolaborasi dengan Didik Nini Towok di Museum Nasional Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement