REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi masalah kemandegan, penyimpangan, dan peluruhan dalam kehidupan kebangsaan, khususnya aspek politik, ekonomi, dan budaya. Karena itu, Muktamar Muhammadiyah ke 47 diharapkan bisa menelorkan gagasan untuk ikut mengatasi permasalahan nasional dengan mengusung tema 'Gerakan Pencerahan dan Indonesia Berkemajuan.'
Demikian diungkapkan Ketua PP Muhammadiyah, H Haedar Nashir kepada wartawan pada Media Gathering menjelang Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta, Jumat (10/7). Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah akan digelar di Makassar, Senin-Jumat (3-7/8).
Dijelaskan Haedar, sebetulnya Indonesia memiliki potensi dan peluang untuk menjadi bangsa dan negara yang berkemajuan. Hal itu bisa dicapai jika dapat melakukan rekonstruksi kehidupan kebangsaan yang bermakna.
Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah berupaya menelorkan gagasan untuk mengatasi persoalan bangsa dan negara. "Muhammadiyah berikhtiar menyusun dan menawarkan pemikiran untuk memecahkan persoalan bangsa. Ini merupakan komitmen moral dan tanggung jawab kesejarahan yang melekat dalam jiwa pergerakan. Serta didorong kehendak untuk mewujudkan cita-cita nasional. Sehingga Indonesia ke depan berkembang menjadi bangsa dan negara yang maju, adil, makmur, bermartabat dan berdaulat," ujar Haedar baru-baru ini.
Indonesia berkemajuan, kata Haedar, merupakan negara utama (al madinal al fadhillah), negara berkemakmuran dan berkeadaban (umran) dan negara yang sejahtera. Negara yang mendorong terciptanya fungsi kerisalahan dan kerahmatan yang didukung sumber daya manusia yang cerdas, berkepribadian, dan berkeadaban mulia.
"Negara berkemajuan harus mampu menegakkan kedaulatan, mendatangkan kemakmuran, mewujudkan kebahagiaan material dan spiritual, menjamin kebebasab berpikir, berekpresi, dan beragama, menghormati hak azasi manusia, dan menciptakan keamanan serta jaminan masa depan," katanya.