Rabu 08 Jul 2015 20:45 WIB

Kekeringan, Dua Desa di Cilegon Krisis Air Bersih

Rep: Hilman Fauzi/ Red: Ani Nursalikah
Krisis air
Foto: Republika/Rakhmawaty
Krisis air

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Akibat kemarau, dua kampung di Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten mengalami krisis air bersih. Kedua kampung tersebut yakni Lingkungan Tembulu dan Gunung Batur.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga harus antre di sumber air yang tersisa karena sebagian sumber terus mengering. Selain itu, sumber mata air yang menjadi satu-satunya sumber air bagi warga tersebut terletak ratusan meter dari pemukiman warga. Lokasi mata air juga sangat curam sehingga dapat membahayakan keselamatan warga.

Salah seorang warga, Ahmad Bedi mengungkapkan sebagian warga memang terpaksa mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan satu hingga dua liter air bersih. Air tersebut untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak warga.

“Lokasi sumber air lumayan curam dan gelap. Mau bagaimana lagi daripada kami mati kehausan. Kebanyakan warga ngambil air itu sebelum subuh, karena kalau siang antre,” kata Bedi, Rabu (8/7).

Akibat kekeringan ini, sedikitnya 600 orang di dua kampung tersebut harus bertahan hidup dalam kondisi krisis air bersih yang melanda daerah mereka. Saat terdesak, warga terpaksa membeli air bersih dari PDAM dengan harga Rp 300 ribu per tangki.

“Sebenarnya saya nggak berani pakai air dari sumber air untuk minum karena memang kurang bersih. Kalau lagi surut, warga disini terpaksa patungan untuk beli air,” ungkapnya.

Sekretaris Kecamatan Pulomerak, Muhammad Hatta membenarkan kondisi kekeringan yang melanda dua kawasan tersebut. Menurut dia, kekeringan sudah mulai melanda Tembulu sejak Mei 2015 lalu.

“Kalau di Gunung Batur warga masih bisa mendapatkan air dari bawah. Kalau di Tembulun sudah sangat parah, benar-benar kering. Setiap kemarau seperti ini,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement