Selasa 07 Jul 2015 16:00 WIB

Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon Berkurang

Badak Jawa di Kebun Binatang London.
Foto: Wikipedia
Badak Jawa di Kebun Binatang London.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Populasi badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) dilaporkan berkurang. Sebelumnya badak jawa yang diperkirakan berjumlah 60 ekor, berkurang sekitar empat ekor karena mati pada periode 2011 sampai 2014.

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Mohammad Haryono di Serang, Selasa mengatakan, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan TNUK dengan menggunakan 100 kamera 'video trap' yang dimulai sejak Januari hingga Desember 2014. Saat ini total minimum populasi badak Jawa berjumlah sekitar 57 ekor yang terdiri dari 31 jantan dan 26 betina.

"Ini komposisi tidak ideal, seharusnya satu jantan empat betina. Ini yg menyebabkan pertumbuhannya lamban," kata Haryono saat Ekpose Hasil Monitoring Populasi Badak Jawa Tahun 2014, yang digelar Balai Taman Nasional Ujung Kulon bersama Plt Gubernur Banten Rano Karno, di Pendopo Gubernur Banten, KP3B di Serang.

Menurut Haryono, dari pantauan klip yang diambil dari 2011 hingga 2014 melalui kamera pengintai yang dipasang di sejumlah titik di TNUK, diketahui ada empat badak yang mati. Sementara dari 60 individu badak jawa yang pernah terekam pada monitoring sebelumnya yakni 2011 sampai 2013, sebanyak 52 individu terekam kembali.

"Saat ini, analisa kumulatif dari 2011 hingga 2014, dari 60 ekor badak, empat meninggal dan kelahiran baru satu ekor.? Total minimum diperkirakan ?ada 57 ekor," kata Haryono.

Sementara terkait penyebab matinya badak tersebut, kata Haryono, diperkirakan karena penyakit atau faktor alam lainnya. Namun dari analisa yang mengancam kehidupan badak jawa selain faktor alam, adalah binatang pemangsa lain seperti anjing hutan. "Dari keempat badak yang mati tersebut, dua diantaranya mati pada 2014 dan lainnya pada kurun waktu 2011 hingga ?2013. Terbaru ditemukana pada 12 November 2014 lalu," katanya.

Menurut Haryono, informasi mengenai demografi badak jawa merupakan parameter yang sangat penting dalam upaya melestarikan satwa langka tersebut. Badak jawa, menurut Haryono, mempunyai sifat soliter dengan indra penciuman yang sangat tajam sehingga sulit dijumpai secara langsung di lapangan.

"Inilah yang menjadi kendala utama dalam melakukan monitoring populasi satwa tersebut. Namun dengan ditemukannya satu individu anak badak jawa pada tahun 2014 lalu, menunjukan bahwa populasi badak jawa di TNUK masih mengalami perkembangan secara alami walaupun sangat lambat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement