Selasa 07 Jul 2015 08:23 WIB

Hadapi Kekeringan, Petani Jatim Dirangsang Tanam Kedelai

Rep: Andi Nurroni/ Red: Esthi Maharani
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Dampak kekeringan akibat musim kemarau sudah terasa di Jawa Timur. Tujuh daerah sudah menyatakan darurat kekeringan lahan pertanian. Menghadapi situasi tersebut, Dinas Pertanian Jawa Timur mengimbau sejumlah langkah penanganan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur Nurfalakhi menyampaikan, jika lahan sawah kekurangan air tapi masih tersedia sumber air, pihak Dinas Pertanian bisa membantu menyediakan pompa untuk mengalirkan air. Namun jika ketersediaan air tidak mencukupi, menurut Nurfalakhi, petani diimbau tidak memaksakan menanam padi.

Sebagai gantinya, ia menyampaikan, petani bisa beralih menanam komoditas yang membutuhkan lebih sedikit air, yakni jagung atau kedelai. Secara khusus, menurut dia, kedelai membutuhkan air paling sedikit. Selain itu, ia mengatakan, stimulus pemerintah untuk petani kedelai juga disiapkan lebih besar.

Menurut Nurfalakhi, hal tersebut dilakukan untuk menjaga tingkat produksi kedelai Jawa Timur terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

“Tahun ini, ada bantuan benih, pupuk dan pestisida untuk 90 ribu hektar. Kalau tidak begitu, minat masyarakat semakin rendah,” ujar Nurfalakhi kepada Republika di kantor Dinas Pertanian Jawa Timur di Surabaya, Senin (6/7).

Berdasarkan catatan Dinas Pertanian Jawa Timur, jumlah petani kedelai terus menurun dari tahun ke tahun. Jika pada 2003 jumlah petani kedelai di Jawa Timur mencapai 417 ribu, pada 2015 jumlahnya hanya tinggal 296 ribu petani.

Menurut Nurfalakhi, kondisi tersebut dikarenakan kedelai lokal kalah pamor dibandingkan kedelai impor, sehingga menyebabkan harga kedelai lokal terus merosot. Harga kedelai lokal di tingkat petani saat ini, menurut dia, hanya berkisar antara Rp 5 ribu hingga Rp 5.500. Sementara, ongkos produksi, mulai dari pupuk hingga tenaga kerja, terus meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement