REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Dampak kemarau di Desa/Kecamatan Jatirunggo, Kabupaten Semarang terus meluas. Akibatnya sejumlah dusun di desa ini mengalami krisis air bersih.
Salah satu dusun yang mengalami krisis air terparah adalah Dusun Legaran Gunung. Sejak dua bulan terakhiri, sedikitnya 200 warga --dari 55 kepala keluarga—di dusun ini sudah mengalami krisis air bersih.
Bahkan untuk bisa mendapatkan air bersih bagi kebutuhan rumah tangga, tiap kepala keluarga harus dijatah dua jerigen per dua hari, dari sumur Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang ada di dusun mereka.
“Karena debit air sumur Pamsimas ini juga sudah menurun drastis,” ungkap Koordinator Pengelolaan sumur Pamsimas Dusun Legaran Gunung, Nasihatun (43), Senin (6/7).
Ia menuturkan, saat ini ia harus membagi rata air yang tersedia untuk warga. Pengambilan air di sumur ini dijadwal pukul 06.00 WIB, pukul 12.00 WIB dan pukul 16.00 WIB.
Penjadwalan ini dilakukan agar debit air sumur ini dapat memenuhi kebutuhan sedikitnya untuk 200 warga di dusunnya. Tak hanya itu, pengambilan air bersih ini juga dijatwal tiap kepala keluarga dua hari sekali maksimal dua jerigen.
Sehingga tiap jam pengambilan air di lokasi sumur ini aka nada puluhan jerigen milik warga. “Kalau tidak digilir seperti ini, warga tidak akan kebagian air bersih untuk kebutuhan rumah tangganya,” lanjut Nasihatun.
Salah seorang warga, Kasminah (57) mengakui, dampak musim kemarau telah dirasakan warga dusun ini sejak dua bulan lalu. Sejumlah sumber air bersih yang biasa dimanfaatkan warga telah mengering.
Demikian halnya dengan sumur-sumur milik warga juga sudah tak menghasilkan air bersih lagi. Kalaupun ada sumber air yang masih dapat dimanfaatkan, juga tidak mencukupi.
Karena debit airnya juga telah menyusut drastis. Sementara sumber air terdekat berjarak 3,5 kilometer dari Dusun Legaran Gunung. Itupun sudah masuk wilayah Desa Tlogo, Kecamatan Tuntang, yang sebagian warganya juga mulai mengalami krisis air bersih.
Daripada berebut air dengan desa tetangga, wargapun masih mengandalkan sumur Pamsimas. “Paling hanya membayar Rp 500 per jerigen,” jelasnya.
Nasihatun menambahkan, krisis air bersih yang dialami warga dusunnya ini termasuk paling parah. Warga harus bisa mengirit air agar kebutuhannya dapat terpenuhi.
Karena hingga memasuki bulan ke-tiga krisis air bersih ini berlangsung belum ada bantuan droping air bersih untuk dusunnya.
Ia mencontohkan, kalau kebutuhan air untuk memasak dan air minum sudah pasti harus ada.
Namun kebutuhan air untuk mandi dan mencuci pakaian terkadang harus menggunakan air yang sama. Biasanya warga mandi dilakukan di dalam bak agar air tidak terbuang. “Air bekas untuk mandi yang tertampung ini, selanjutnya digunakan untuk mencuci pakaian,” jelasnya.