REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Besar Kerajinan dan Batik mengimbau masyarakat lebih teliti dalam membeli batik dengan membedakan batik asli dan printing saat berbelanja di pasaran menjelang Lebaran.
"Kepekaan perlu ditingkatkan karena tidak sedikit yang belum bisa membedakan batik tulis dan batik printing," kata Kepala Seksi Konsultasi Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian, Bachtiar Totosantosa di Yogyakarta, Ahad (5/7).
Menurut Bachtiar, BBKB Yogyakarta telah menyelenggarakan sosialisasi secara intensif melalui berbagai pertemuan masyarakat mengenai perbedaan batik asli dan palsu atau printing. Namun, ia menilai masih banyak yang belum betul-betul memahami perbedaannya. "Ada yang sudah tahu tapi cenderung lalai karena lebih mementingkan persoalan harga," kata dia.
Menurut dia, masyarakat dapat membedakan batik asli atau tulis serta batik printing antara lain dengan memperhatikan motif. Apabila motif batik tidak bolak-balik maka dapat menjadi ciri bukan batik asli.
Selanjutnya, masyarakat juga dapat menentukan batik tulis atau printing melalui tekstur kain. Batik printing, menurut dia, cenderung memiliki tekstur yang kaku, sementara batik tulis jika kainnya dipegang akan mudah jatuh. "Harga batik tulis juga cenderung lebih mahal, sementara printing tentu lebih murah," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan, masyarakat juga dapat mengetahui keaslian batik dengan mengetahui adanya "batik mark" atau label penjamin mutu dan keaslian batik.
Ketua umum Paguyuban Pencinta Batik Indonesia "Sekar Jagad", Larasati Suliantoro mengatakan dengan mengetahui keaslian batik berarti menghargai seni, atau proses pembuatan batik nasional.
"Batik itu kan dibuat dengan kreativitas langsung sang pembatik yang mengutamakan etika serta makna dalam setiap karyanya, dan ini jelas berbeda dengan batik printing," kata dia.