REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Guru anak-anak pengungsi Rohingya dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) Norita Andayani yang akrab disapa Noni mengatakan, dulu pertama kali anak-anak pengungsi Rohingya diajak belajar sulit sekali.
"Dulu disuruh duduk saja sulit, apalagi memperhatikan pelajaran. Kalau sekarang mereka lebih bisa diatur dan mau belajar dengan baik," kata Noni saat ditemui di tenda pengungsi Rohingya di depan Balai Latihan Kerja (BLK), Blang Adoe, Aceh Utara, Jumat, (3/7).
Kalau diajari membaca, ujar dia, dulu mereka malah berlari-lari hilir mudik. Sekarang mereka sudah memperhatikan, bahkan mereka sudah mengerti hal baik dan buruk.
"Misalnya, barang temannya tidak boleh diambil, mereka tak akan mengambilnya. Kalaupun ada pertengkaran tidak separah dulu," kata Noni.
Kalau pengungsi Rohingya sudah dipindahkan ke Integrated Community Shelter (ICS) Blang Adoe, Aceh Utara, ia yakin kehidupan pengungsi akan lebih terorganisasi. Imbasnya, anak-anak juga sudah tahu jadwal sekolahnya.
Guna memberdayakan ibu-ibu, terang Noni, para relawan ACT mengajarkan mereka membuat bros dan kerajinan tangan. Mereka juga diajarkan memakai pembalut wanita karena selama ini mereka tidak paham bagaimana penggunaannya.