Jumat 03 Jul 2015 16:37 WIB

Curhat Gadis Kecil Pengungsi Rohingya di Aceh

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Dwi Murdaningsih
Asma (kanan)
Foto: Republika/Dyah Meta Ratna Novia
Asma (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Pengungsi Rohingya trauma terhadap negaranya sendiri, Myanmar. Asma (9 tahun), pengungsi Rohingya yang saat ini tinggal di Aceh Utara, mengaku tak ingin kembali ke Myanmar (Burma). Ia tak ingin merasakan kekejaman Pemerintah Myanmar yang merampas hak-hak dasar mereka sebagai manusia yang bermartabat.

"Burma, no! Aceh, Indonesia ya," kata Asma seraya tersenyum saat ditemui di tenda pengungsian di Blang Adoe, Aceh Utara, Jumat (3/7).

Di pengungsian tepatnya, Balai Latihan Kerja, Blang Adoe, Asma setiap hari belajar madrasah. Ia juga sudah bisa membaca Alquran meski harus diperbaiki.

"Saya mau town," kata Asma.

Ia sangat ingin pergi berjalan-jalan melihat kota. tapi kepolisian dan pihak keamanan tak mengizinkan mereka berjalan-jalan demi keamanan.

Asma yang berkaus hitam dan memakai rok dengan motif kuning hanya ingin tinggal di Aceh. Ia ingin bisa melanjutkan sekolah dan jalan-jalan ke kota seperti anak lain pada umumnya.

Ia hanya bisa berkata sepatah-patah bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Urdu. Saat diberi pertanyaan, ia kebanyakan hanya menatap dan tersenyum. Raut trauma perlahan hilang di wajah polosnya karena kesabaran para relawan ACT yang mengajari dan mendidik mereka.

Di tempat yang sama, guru anak-anak pengungsi Rohingya dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) Norita Andayani yang akrab disapa Noni mengatakan, Asma sudah bisa membaca Alquran. Tetapi, ia memang suka malu-malu kalau terlalu banyak orang.

"Asma ingin tinggal dan sekolah di Aceh. Dia tak mau kembali ke Burma lagi," ujar Noni.

Anak-anak pengungsi Rohingya sangat suka dengan lagu-lagu India. Apalagi adiknya Asma, dia sangat suka lagu India mungkin karena bahasanya mirip sehingga mudah dipahami.

Wanita bekerudung coklat tersebut dengan sabar membimbing dan mendidik anak-anak pengungsi Rohingya. Saat Asma diberi sebungkus wafer, ia tidak memakannya, tapi malah dipukul-pukulkan ke lantai.

"Asma jangan dipukul-pukul ke lantai rotinya. Nanti rusak ya," seru Noni.

Asma hanya menatapnya sembari tersenyum lalu berhenti memukul-mukulkan sebungkus wafer itu dari lantai.

Menurut para relawan ACT, anak-anak memang perlu diajari bagaimana membuka bungkus makanan dan memakan isinya dengan baik. Harus diberi contoh bagaimana cara memakan kue.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement