Kamis 02 Jul 2015 15:11 WIB

Penggantian Nama Sultan tak Semudah Orang Biasa

Rep: Neni Ridareni/ Red: Indira Rezkisari
Raja Yogyakarta Sri Sultan HB X saat memberikan sambutannya saat peringatan 27 tahun naik tahta di Kraton Yogyakarta, Senin (18/5).
Foto: Antara/Regina Safri
Raja Yogyakarta Sri Sultan HB X saat memberikan sambutannya saat peringatan 27 tahun naik tahta di Kraton Yogyakarta, Senin (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Adik Sri Sultan Hamengku Buwono X GBPH Yudaningrat mengaku belum tahu pasti tentang Raja Keraton Yogyakarta mendaftarkan ke Pengadilan Negeri untuk penggantian namanya.

‘’Saya baru tahu dari teman-teman dan membaca di Koran. Namun menurut saya untuk penggantian nama raja, seharusnya pengadilan dalam penggantian nama yang sudah tidak Sri Sultan Hamengku Buwono X itu tidak semudah penggantian nama orang lain,’’kata Gusti Yuda pada wartawan di ruang kerjanya, Kepatihan Yogyakarta, Kamis (2/7).  

Sebenarnya, lanjut dia, ide untuk penggantian nama  itu sudah batal demi hukum. Karena nama yang paling tinggi di Yogyakarta hanya Sultan Hamengku Buwono yang Khalifatullah. ‘’Kalau namanya berganti dengan Sultan Hamengku Bawono ini sejarahnya apa? Karena tidak ada sangkut pautnya dengan keraton Yogyakarta,’’ungkap Gusti Yuda.  

Menurut dia, HB X ini membuat kesalahan yang besar dan tidak ada sangkut pautnya dengan keraton. ‘’Penggantian nama itu kesalahan yang besar dan pengkhianatan terhadap Keraton Yogyakarta. Karena tidak ada hujan, tidak ada angin, tiba-tiba di tengah perjalanan melaksanakan sebagai Gubernur DIY Sultan merusak diri.''

Gusti Yuda yang juga sebagai Asisten Administrasi Umum dan Organisasi  Pemda  DIY  menduga sikap Sultan HB X yang mengganti namanya disebabkan oleh masukan spiritual yang tidak bertanggungjawab dan kemungkinan masalah bisnis. ‘’Sri Sultan HB X  itu ke keraton tidak membawa tanah sejengkal pun  dan tinggal meneruskan saja kok merusak,’’ ujarnya.

‘’Nanti tercatat di masyarakat Yogyakarta maupun dunia karena adanya pergantian nama dan hal-hal yang sebetulnya tidak bisa dilakukan di Keraton Yogyakarta.  Selama ini dari Hamengku Buwono I sampai Hamengku Buwono IX tidak pernah ada masalah. Kemudian Sultan HB X sudah  sampai tiga perempat perjalanannya, kok  berbalik arah,’’ tuturnya. Menurut Gusti Yuda penyebabnya sepertinya karena akan merekayasa raja perempuan dan bisnis. ''Tetapi ini hanya pikiran lepas saja, karena saudara-saudaranya juga belum tahu apa penyebabnya,''kata dia.

Sehubungan dengan hal itu dia bersama saudara-saudara Sultan HB X akan berupaya  memberitahukan kepada Sri Sultan untuk kembali ke awal. Jangan sampai tergoda oleh sesuatu hal yang dimitoskan. Karena hal ini akan menjadi sesuatu perjalanan yang kurang enak di masa yang akan datang untuk sejarah Keraton Yogyakarta. ‘’Melalui  Mas Hadi (KGPH Hadiwinoto, adik kandung Sultan HB X), adik-adik Sultan HB X baru mengajukan kepada beliau untuk bisa bertemu.  Namun  Sultan sudah di sms dan di telepon tidak ada jawaban. Maksud pertemuannya  ada apa sebetulnya dengan kasus ini. Maksud pertemuannya mau memberi semangat untuk menyelesaikan kasus ini dengan baik. Sehingga diharapkan saudara-saudaranya bisa membuka tabir'' ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement