Rabu 01 Jul 2015 21:06 WIB
Pesawat Hercules Jatuh

Humas Lanud Padang tak Tahu Hercules C-130 Pernah Rusak

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ilham
Personil TNI bersama Petugas PMI dan Basarnas melakukan evakuasi puing-puing pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Rabu (1/7).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Personil TNI bersama Petugas PMI dan Basarnas melakukan evakuasi puing-puing pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Humas Lanud Tabing Padang, Letda Agus Riyanto mengaku belum pernah mendapatkan informasi ihwal pesawat Hercules C-130 yang mengalami kecelakaan di Medan pada Selasa (1/7), lalu, pernah diperbaiki di Padang, Sumatra Barat (Sumbar).

"Saya malah belum dapat informasi kalau diperbaiki di Padang. Setahu saya lancar-lancar saja," kata Agus di Lanud Tabing, Padang, Rabu (1/7).

Menurutnya, pesawat mengalami trouble adalah hal biasa. Sesuai prosedur, tim penerbang akan melakukan pengecekan. Namun, ia melanjutkan, masalah yang dimaksud bukan berarti pesawat mengalami kerusakan parah. Hanya permasalahan teknis.

"Kita tak ada teknisinya. Krunya sendiri (yang memperbaiki), misal itu ada kerusakan, diganti. Ibaratnya kalau rusak parah, pasti ada perawatan, sedang, ringan, berat. Ada maintenance tertentu," tutur Agus menambahkan.

Sebelumnya, ayahanda Kapten Navigator Riri Setiawan salah satu korban tewas Hercules C-130, Kopka (Purn) Jasrul mengatakan, berdasarkan pengakuan ananknya, pesawat yang kecelakaan itu telah mengalami kerusakan sebanyak empat kali dalam sebulan.

Masih berdasarkan cerita Kapten Riri kepada Jasrul, sekitar 20 hari yang lalu, pesawat yang akan diterbangkan putra kelahiran Batusangkar, Sumatra Barat (Sumbar) itu mengalami kerusakan di Aceh. Sampai di Padang, pesawat Hercules C-130 kembali mengalami kerusakan.

Jasrul sangat menyesali kepergian anaknya dalam tugas di Pesawat Hercules C-130 sebagai navigator pada Selasa (30/6), lalu. Ia mengatakan, menurut pengakuan Kapten Riri, jumlah navigator sangat sedikit dan terbatas.

"Pendidikan untuk navigator, tidak sama dengan penerbangan. Tiap tahun tidak selalu ada lulusan. Dia (Kapten Riri) terbang rutin, karena orangnya terbatas," tutur Jasrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement