REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura II menginginkan Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng menjadi bandara terbaik kedua se-ASEAN setelah Bandara Changi Singapura.
"Dua tahun lagi Insya Allah Bandara Soekarno-Hatta akan melampaui Kualanamu International Airport dan Suvarnabhumi Thailand," kata Direktur Utama AP II Budi Karya Sumadi usai diskusi yang bertajuk "Saatnya Konsumen Bicara untuk Bandara yang Lebih Baik," di Jakarta, Jumat (26/6).
Budi mengatakan untuk mencapai target tersebut, pihaknya saat ini melakukan perbaikan-perbaikan di bandara, baik fasilitas maupun pelayanan.
Perbaikan-perbaikan tersebut, meliputi pembangunan Terminal III Ultimate, revitalisasi Terminal I dan II dan lainnya.
"Kami ingin menjadi 'public company' dan jadi pelayanan masyarakat yang baik, berarti kami tidak berpangku tangan untuk cari uang karena selain ada target komersial, ada target pelayanan yang harus disempurnakan," katanya.
Selain itu, ia juga berkeinginan untuk menciptakan bandara sebagai "smile airport" atau bandara yang memberikan senyuman dan keramahtamahan.
"'Smile' (senyuman) adalah satu akumulasi di mana satu konsumen kalau sudah selesai dari bandara kita, tersenyum tak hanya puas dengan pelayanan tapi pengalaman yang dikenang," katanya.
Saat ini, AP II memang tengah menggenjot penyelesaian Terminal III Ultimate yang sudah mencapai 75 persen, pembangunan moda stasiun kereta bandara serta moda penghubungan antarbandara dengan "integrated people mover system". Selain itu, revitalisasi Terminal I dan II, "cargo village" dan akses jalan tol baru.
Dari sisi udara, Ap II juga tengah memperluas apron Terminal III Ultimate, pembangunan "rapid exit taxiway" dan "extend taxiway serta perbaikan landasan pacu bagian Utara dan Selatan.
Namun, dari sisi pelayanan, hasil penelitian dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Bandara Soetta masih minim pelayanan dan fasilitas yang baik sebagai bandara internasional.
Dalam satu bulan, YLKI menerima 245 pengaduan dari konsumen terkait pelayanan Bandara Soetta. Koordinator Bidang Pengaduan dan Hukum YLKI Sularsi menyebutkan dari 246 aduan, pengelolaan transportasi darat dan parkir merupakan kasus yang paling banyak diadukan, masing-masing berjumlah 30 kasus dan 21 kasus.
Pengelolaan transportasi, di antaranya masih ditemukan taksi gelap (55 persen), kesulitan akses taksi resmi (14 persen) serta taksi tak berargo (tujuh persen). Sedangkan, masalah parkir didominasi oleh antrean panjang dan keluar masuk parkir (38 persen), parkir liar (19 persen) dan parkir mahal (10 persen).
Untuk kategori sepuluh besar, kasus yang diadukan konsumen ke YLKI adalah pengelolaan transportasi (30 kasus), parkir (21), fasilitas troli (15), asap rokok di bandara (15), toilet (13), kursi tunggu (12), petugas tidak responsif (11), bagasi hilang atau rusak (10), porter nakal (sembilan) dan calo tiket (tujuh).