REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kerajinan lampu hias berbahan baku botol bekas wadah minuman, produksi pelaku industri ekonomi kreatif di Pasar Ngarsopuro, Kota Solo, Jawa Tengah, diminati konsumen.
Seorang perajin lampu hias, Sri Ngrejekeni (47), di Solo, Jumat (26/6), mengaku memiliki ide tersebut karena prihatin terhadap sampah plastik yang dilihatnya setiap hari di mana-mana.
"Saya manfaatkan botol bekas menjadi bernilai tambah dan ternyata diminati konsumen," katanya.
Setelah prihatin atas sampah plastik, dia kemudian mengumpulkan botol bekas tersebut untuk diolah menjadi produk ekonomi kreatif dan kemudian menekuni usaha itu. "Awalnya tujuannya untuk mengurangi sampah botol plastik di lingkungan saya," katanya.
Ia mengaku mengolah botol bekas itu menjadi lampu hias dengan menghiasi aneka bahan lain beraneka warna sehingga produk itu kelihatan indah dan cantik. Produk lainnya yang dibuat bersama suaminya, Solikin, antara lain gelas, wadah bumbu, vas bunga, dan tirai.
"Saya pertama banyak kendala untuk melakukan perbaikan dan muncul gagasan membuat hiasan lampu batik dan beberapa eksperimen lainnya, untuk mengetahui apakah botolnya kuat atau tidak," kata Sri.
Namun, Sri kemudian memutuskan untuk menggunakan lampu ukuran 2,5 watt dan lima watt agar tidak terlalu panas.
Bahkan, Sri juga mengolah jeriken bekas untuk dibuat lampu hias dengan menggunakan lampu lima watt agar plastiknya tidak meleleh.
Lampu hias dari botol bekas tersebut, dijual di Pasar Ngarsopuro seharga antara Rp12,5 ribu hingga Rp50 ribu per buah.
Sri juga melayani pesanan produk usahanya untuk suvenir acara ulang tahun dan pernikahan. Khusus pemesan, dapat menghubungi dirinya dua hari sebelumnya.
"Saya setiap hari Sabtu malam dan Minggu buka stan di Night Market Ngarsopuro. Ternyata, lampu hias buatan saya banyak diminati konsumen," katanya.
Ia mengaku berpenghasilan cukup lumayan atau hingga ratusan ribu rupiah per malam. Penghasilan dari penjualan produknya itu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya setiap hari.