Kamis 25 Jun 2015 23:45 WIB

Harga Kebutuhan Pokok di Jatim Dinilai Relatif Stabil

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Foto: Antara
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menilai harga kebutuhan pokok di wilayahnya masih stabil. Dalam kunjungan di Pasar Wage Purwokerto, Kamis (25/6), Ganjar hanya mendapatkan dua komoditas kebutuhan masyarakat yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi.

''Dua komoditas tersebut, terdiri dari daging ayam lehor dan telur ayam lehor. Yang lain, relatif stabil,'' jelasnya.  

Dalam tanya jawab dengan sejumlah pedagang, Gubernur mendapat jawaban harga daging ayam lehor mengalami kenaikan dari Rp 28 ribu per kg menjadi Rp 33 ribu per kg.

Sedangkan harga telur, juga mengalami kenaikan dari Rp 18 ribu pada masa sebelum puasa, menjadi Rp 22 ribu per kg pada saat ini. ''Memang harga daging ayam dan telur ini, mengalami kenaikan cukup tinggi. Penyebabnya karena memang selama Bulan Puasa ini mengalami peningkatan konsumsi,'' jelasnya.

Namun secara keseluruhan, Ganjar menilai harga keburuhan masyarakar relatif masih stabil. Serti harga daging sapi, masih stabil di tingkat harga Rp 100 ribu per kg, demikian juga harga cabai dan bawang merah yang dibandingkan kondisi menjelang puasa lalu, saat ini mengalami penurunan harga cukup tajam. Saat ini, harga bawang merah sudah berada pada kisaran Rp 22 ribu per kg.

Gubernur juga menyebutkan, kondisi harga yang stabil tersebut tidak hanya terjadi di Banyumas saja. Di beberapa pasar lain di Jawa Tengah dia kunjungi, kondisi perkembangan harganya juga tidak berbeda.

Dengan demikian, boleh dikatakan tidak ada persoalan dalam hal ketersediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat selama menjelang Lebaran mendatang.

Mengenai ketersediaan gas elpiji 3 kg, Ganjar menyebutkan, berdasarkan laporan yang dia terima, pihak Pertamina Jateng sebenarnya sudah melakukan penambahan pasokan gas elpiji 3 kg dibanding dengan kondisi normal. Berapa penambahannya, Ganjar mengaku tidak tahu karena hal ini terkait dengan subdisi yang disediakan pemerintah pusat.

Soal kemudian terjadi kesulitan di beberapa daerah untuk mendapatkan gas elpiji 3 kg, menurut Gubernur, karena penggunaan gas elpiji tersebut saat ini tidak hanya terbatas oleh warga miskin saja. Bahkan kalang industri, ditengarai juga cukup banyak yang menggunakan gas elpiji 3 kg. ''Ini yang menyebabkan ketersediaan elpiji 3 kg menjadi selalu kurang,'' katanya.

Meski demikian Gubernur mengaku akan tetap meminta agar Pertamina Jateng, tetap berupaya memenuhi kebutuhan elpiji 3 kg. ''Kalau memang perlu dilakukan operasi pasar elpiji 3 kg, maka akan kita minta untuk dilakukan,''  katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement