Kamis 25 Jun 2015 20:02 WIB

AS Dorong Kemitraan dengan Indonesia Soal Penelitian Tsunami

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham
The Pacific Tsunami Warning Center said a tsunami of about a meter (3 feet) was measured in Lata wharf. Smaller waves were recorded in Vanuatu and New Caledonia.
Foto: graphics/AP
The Pacific Tsunami Warning Center said a tsunami of about a meter (3 feet) was measured in Lata wharf. Smaller waves were recorded in Vanuatu and New Caledonia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendorong kemitraan yang mendalam dan berskala luas dengan Indonesia. Termasuk melalui proyek kegiatan Mentawai Gap-Tsunami Earthquake Risk Assesment (Mega-Tera) yang meneliti tsunami di Tanah Air untuk mengurangi potensi bencana.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O Blake mengatakan, Presiden AS Barack Obama menekankan pentingnya kedua negara bekerja sama unruk mendorong kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Pihaknya melihat banyak peluang, baik antarpemerintah maupun antarindividu untuk bekerja sama secara lebih besar yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Termasuk pemahaman ilmiah secara global.

"Kami senang bahwa lembaga swadaya masyarakat (LSM) non pemerintah berbasis di Amerika, Schmidt Ocean Institute telah memberikan jalur kreatif untuk memfasilitasi kerja sama penelitian antara ilmuwan Indonesia dan internasional tentang permasalahan penting yang berhubungan dengan bumi dan kelautan," katanya saat konferensi pers proyek Mega-Tera, di Jakarta, Kamis (25/6).

Ekspedisi Mega-Tera ini dikatakan Blake membahas tentang kegiatan penelitian ilmiah tsunami yang dilakukan oleh beberapa institusi, yaitu Schmidt Ocean Institute, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Earth Observatory of Singapore di Nanyang Technological University (NTU), dan France's Institut de Physique du Globe de Paris.

Jadi, kata dia, para ilmuwan tersebut berada di atas kapal riset R/V Falkor selama sebulan terakhir berusaha mempelajari topografi bawah laut di bagian barat sumatra. Penelitian ini dilakukan pertama kali di Indonesia. Tujuannya menargetkan zona tumbukan di wilayah Sumatra-Andaman yang sejajar dengan sisi barat Sumatra maupun Pulau Mentawai.

Lokasi tersebut dipilih karena merupakan wilayah yang paling aktif secara seismik dan mengakibatkan ratusan ribu korban tewas, termasuk tsunami Aceh 2004.

"Tujuan dari riset ini supaya mendapati pengetahuan lebih lanjut, yaitu mengapa terjadi gempa bumi di Aceh. Selain itu menilai risiko tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di wilayah tersebut dengan memetakan dasar laut, di mana lempeng tektonik yang berbahaya akan bertemu," katanya.

Proyek penelitian ini, kata dia, dibiayai oleh Schmidt Ocean Institute. Namun, ia mengaku tidak mengetahui persis berapa biaya yang dibutuhkan. Sebab, setiap tahun LSM Schmidt Ocean Institute memilih proposal negara yang telah ditunjuk kemudian membiayai kegiatan penelitian di bidang iptek dan kelautan.

 

Diakuinya, tempat kajian secara geologis ini paling penting untuk Indonesia. Setelah memahami keadaannya diharapkan mengurangi potensi bencana dengan memungkinkan prediksi yang lebih baik dan penilaian risiko. Selain proyek Mega-Tera, pihaknya mendorong lebih banyak lagi kerja sama sains dan teknologi antara AS dan Indonesia.

 

Sebab, kata dia, kerja sama di bidang sains maupun kelautan penting. Termasuk mendukung kegiatan Presiden Joko Widodo yang memprioritaskan poros maritim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement