REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Saat ini Garut memasuki masa peralihan musim hujan ke musim kemarau. Di beberapa wilayah di Kabupaten Garut sudah mulai terjadi kekeringan. Kekeringan dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya rawan pangan.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Garut, Edi Muharam mengatakan sedikitnya ada sekitar 15 kecamatan dari 42 kecamatan di Kabupaten Garut yang terancam kekeringan. Kecamatan tersebut terancam rawan pangan akibat para petani yang gagal panen.
"Apabila tiga bulan kedepan tidak turun hujan dikhawatirkan ketersediaan air di Garut akan terus mengalami penyusutan," kata Edi kepada Republika, Kamis (25/6).
Edi menjelaskan jika terjadi penyusutan ketersediaan air kemungkinan petani tidak bisa lagi bercocok tanam. Selain itu bisa mengakibatkan petani gagal panen. Akibatnya, memungkinkan terjadinya rawan pangan.
Dari 15 kecamatan yang paling berpotensi kekeringan akibat kemarau, sebagian besar berada di wilayah Garut utara yang daerahnya tadah hujan, seperti di Limbangan, Malangbong, Cibiuk, Cibatu dan Selaawi.
Dia menambahkan di bagian selatan Garut juga ada beberapa kecamatan yang berpotensi kekeringan, seperti di kecamatan Caringin, Mekarmukti dan Cikelet. Menurutnya, untuk daerah sekitar Leuwigoong dan Banyuresmi para petani masih bisa terbantu.
Edi mengaku pemerintah memang mengalami kesulitan dalam mengantisipasi terjadinya kekeringan. Apalagi jika di daerah tersebut tidak memiliki sumber mata air yang cukup.