Rabu 24 Jun 2015 18:10 WIB

17 Ribu Lahan Digunakan untuk Antisipasi Rawan Pangan

Rep: Arie Lukhardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga memanen kentang di sebuah lahan pertanian di Desa kutayonggal, Karo, Sumatera Utara, Jumat (5/6).(Antara Foto/Zabur Karuru)
Foto: Antara Foto/Zabur Karuru
Warga memanen kentang di sebuah lahan pertanian di Desa kutayonggal, Karo, Sumatera Utara, Jumat (5/6).(Antara Foto/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perum Perhutani, menyiapkan lahan seluas 17 ribu hektare di hutan produksi untuk ketahanan pangan. Di lahan yang terletak di Jabar dan Banten itu, akan ditanami padi, jagung dan kacang-kacangan dengan sistem tumpang sari.

"Ini, bagian dari program kami untuk mencegah rawan pangan terjadi pada masyarakat hutan," ujar Kasie Humas Perum Perhutani, Ade Sugiharto kepada wartawan, Kamis (24/6).

Ade mengatakan, 17 ribu hektare lahan hutan produksi tersebut targetnya bisa menghasilkan 51 ribu ton. Rata-rata, kontribusi dari lahan tumpang sari tersebut sekitar 70 ribu ton setiap tahun atau setara Rp 265 miliar. "Kami berharap, panen tahun ini bisa lancar sesuai target," katanya.

Menurut Ade, hasil panen masyarakat tersebut nantinya akan di tampung oleh Perhutani. Kemudian, dijual lagi ke Bulog. Jadi, petani tak memikirkan tentang pemasaran. Bahkan, mereka mendapatkan subsidi pupuk dari pemerintah.  "Pengadaan bibitnya juga ada yang di subsidi pemerintah," katanya.

Lahan yang digunakan untuk Ketahanan Pangan itu, kata dia, tersebar di 14 Kelompok Pengelolaan Hutan (KPH).  Di antaranya, di Indramayu, Cianjur, dan Sukabumi. Petani yang menggarap lahan ini, tergabung dalam lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang jumlahnya ada 1.500.

"Sebelum dikerjasamakan, kami juga mengidentifikasi desa-desa rawan pangan untuk di dorong agar menanam," katanya.

Program ini, kata dia, mulai berjalan tahun ini sebagai bagian pengentasan kemiskinan masyarakat hutan. Selain itu, masyarakat hutan bisa diberdayakan sehingga penjarahan hutan bisa berkurang. "Penjarahan hutan terus berkurang. Dulu, 2013 sebesar Rp 5,8 miliar menjadi Rp 2,2 miliar," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement