Selasa 23 Jun 2015 15:36 WIB

Gubernur Minta Petani tak Ambil Risiko Tanam Padi di Musim Kemarau

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Hazliansyah
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Zainul Majdi mengimbau kepada petani agar tidak menanam padi musim kemarau. Sebab, potensi kekeringan di musim kemarau tahun ini akan lebih tinggi.

 

"Jangan bersikeras para petani untuk menanam padi di musim kemarau ini. Sebab berpotensi kekeringan,” ujarnya kepada wartawan di Kota Mataram, Selasa (23/6).

Ia menuturkan, penyuluh di lapangan harus bisa mengkomunikasikan tentang kondisi musim kemarau kepada petani. Dimana, para penyuluh mempunyai perangkat dan metode ilmiah untuk menghitung masa musim kemarau dan masa menanam padi.

Pihaknya juga meminta kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB untuk mempersiapkan tangki-tangki air beserta suplai air serta dikirimkan kepada daerah yang mengalami kekeringan bersama Dinas PU dan Dinas Sosial.

Kendati demikian, kata dia, pihaknya hingga saat ini belum menetapkan status apapun terhadap daerah terkait dengan musim kemarau ini. Ia menilai pemerintah daerah saat ini masih dalam tahap siaga darurat.

Sementara Kepala BPBD NTB Wedha Magma Ardhi mengatakan, dari sembilan Kabupaten/Kota yang berpotensi mengalami kekeringan, wilayah yang terkena paling parah adalah bagian Selatan lombok dan separuh di Lombok Utara. Sementara Sumbawa Barat, Dompu dan Bima masih relatif normal.  

“Tahun lalu kekeringan mencapai delapan bulan. Sekarang diperkirakan lima atau enam bulan namun dengan intensitas yang tinggi. Dari total 76 kecamatan, baru sembilan tempat yang terkena kekeriingan,’ ujarnya.

Selain kekeringan, pihaknya juga mengantisipasi titik-titik potensi kebakaran. Biasanya kebakaran saat musim kemarau terjadi di Rinjani dan Tambora. Karena itu pihaknya akan terus melakukan konsolidasi dan koordinasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement