REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Teknologi dan Komunikasi, Pratama Persadha menilai langkah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno membangun pusat data di Singapura sama saja dengan bunuh diri. Alasannya, pusat data itu membuka peluang untuk tidak terkontrolnya akses ke server.
"Jika akses itu terbuka begitu saja, nanti siapa saja bisa melakukan apapun terhadap isi server atau jaringan tersebut," kata Pratama dalam pernyataan tertulisnya yang diterima ROL, Rabu (17/6).
Pratama menjelaskan, banyak yang bisa dilakukan terhadap server Indonesia di Singapura. Dimulai dari pencurian data, monitoring lalu lintas data, pengopian data server, bahkan dengan mudah bisa melakukan perusakan terhadap semua data dan sistem jaringan Indonesia.
Selain itu, langkah yang diambil Rini untuk mewujudkan e-Goverment bisa membahayakan kedaulatan NKRI. "Kebijakan membangun pusat data pemerintah di Singapura ini tak kalah bahaya seperti saat Indosat dijual dahulu," ungkap Pratama yang juga sebagai Ketua Lembaga Riset Keamanan Cyber CISSReC.
Terkait dengan hal tersebut, ia menilai pusat data pemerintah memegang peran yang sangat vital. Terlebih digitalisasi yang dilakukan lewat program e-Goverment membuat segala macam data dan sistem mulai terintegrasi dan tidak terlindungi.
Diketahui, Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan menyatakan keberatanya atas rencana menteri BUMN tersebut. Langkah tersebut dianggap berbahaya jika membangun pusat data pemerintah di Singapura.