REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengindikasikan pengungsi Rohingya yang terdampar di Indonesia bisa saja terjadi karena penindakan pemberatasan pencurian ikan yang telah dilakukan pihak aparat Indonesa.
"Pendapat saya pribadi, munculnya Rohingya di Aceh bukan peristiwa tersendiri, tapi ada kaitannya dengan penindakan pencurian ikan yang kita lakukan," kata Susi Pudjiastuti dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR di gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (16/6).
Menurut pendapat Susi secara pribadi, pengungsi Rohingya bisa saja merupakan pekerja dari industri perikanan di negara Thailand. Namun, lanjut dia, karena industri tersebut surut antara lain karena penindakan pencurian ikan yang dilakukan aparat Indonesia, maka mereka dilepaskan dalam jumlah yang besar.
"Ini indikasi assessment pribadi. Saya telah meminta beberapa pihak menindaklanjuti selanjutnya," ucapnya.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR Muzammil Yusuf menginginkan asesmen pribadi Susi tersebut tidak dipertahankan.
Hal itu, ujar Muzammil Yusuf, karena berbagai pihak termasuk DPR telah pergi ke Myanmar dan dunia internasional sudah mengakui bahwa masalah pengungsi Rohingya adalah karena kewarganegaraan mereka tidak diakui pemerintah Myanmar.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga meminta berbagai pihak untuk memperhatikan masalah pengungsi Rohingya dengan empati dan rasa kemanusiaan. "Jangan diperkecil masalahnya karena asesmen adanya penggusuran dari Thailand," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri menyampaikan pemerintah Indonesia masih akan terus melakukan upaya pencarian dan penyelamatan (search and rescue/SAR) terhadap pengungsi Rohingya dan Bangladesh yang kemungkinan masih berada di wilayah laut Indonesia.
"Bagian dari kesepakatan joint statement di Putrajaya (Malaysia), kita masih lakukan SAR di wilayah laut kita. Jadi, operasi SAR masih dilakukan kalau masih ada pengungsi yang terkatung-katung di laut akan kita selamatkan," kata Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kemlu Andy Rachmianto di Jakarta, Kamis (4/6).
Menurut Andy, Indonesia dan Malaysia telah sepakat untuk menerima sekitar 7.000 pengungsi Rohingya dan Bangladesh yang diperkirakan masih berada di tengah laut.