REPUBLIKA.CO.ID, CIBITUNG -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meresmikan Institut Penelitian Madu Indonesia (Indonesian Honey Research Institute/IHRI) yang dikembangkan bersama melibatkan swasta, Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) dan perguruan tinggi di Tanah Air.
"Ini lembaga riset madu pertama di Indonesia. Diversifikasi madu memang harus dilakukan sehingga pusat riset seperti ini perlu ada untuk mendukung perkembangan industri makanan dan minuman," kata Nasir saat meresmikan IHRI yang berlokasi di PT Haldin Pacific Semesta, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, Senin (15/6).
Kebutuhan madu cukup besar, dan Nasir meyakini jumlahnya akan semakin meningkat mengingat dari segi manfaat sudah diketahui kebaikannya sejak lama dari tuntunan Tuhan.
Ia meminta agar riset-riset yang menggunakan prinsip "win-win partnership" antara IHRI yang merupakan organisasi riset nirlaba nonpemerintah yang diprakarsai PT Haldin Pacific Semesta dengan industri terkait, lembaga akademik dan penelitian atau lembaga regulasi pemerintah seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dapat dilakukan di masa depan dengan tujuan menciptakan produk unggul.
"Riset kita kebanyakan berada di hulu, tapi bagaimana penerapannya ke masyarakat jika itu terus yang dikembangkan. Industri asyik sendiri dengan dunianya begitu pula dengan peneliti. Karenanya harus berjalan bersama dan mampu ciptakan produk unggul," kata Nasir.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), menurut dia, akan memediasi produsen dan IHRI agar riset dan pengembangan produk madu yang terstandar, termasuk dengan mempertemukan swasta dengan Kementerian BUMN untuk membantu mencukupi kebutuhan bahan baku madu.