REPUBLIKA.CO.ID,LEMBANG -- Sejumlah petani kopi di Kampung Batulonceng Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat mulai sibuk memanen kopi sejak sepekan belakangan.
Salah seorang petani, Yuyu, menuturkan, kopi yang tengah dipanennya sudah ditanam dari setahun yang lalu. "Panennya memang setahun sekali," ujar Yuyu saat disambangi ROL di kebunnya, Jumat (12/6).
Dalam masa panen ini, Yuyu mengaku selalu memanen kopi satu kali dalam sepekan. Untuk memanen seluruh buah kopi di lahan perkebunan Perhutani yang digarapnya ini, butuh waktu hingga tiga bulan. "Ya paling habisnya kopi di sini (kebun) sampai tiga bulanan," kata dia.
Setelah dipanen, kopi berjenis arabika tersebut dibersihkan dan dijemur agar kering. Kata dia, kopi yang masih basah dan yang sudah kering berbeda dari segi harga jual. "Mahalan yang sudah kering," kata dia. Namun, ada beberapa pembeli yang lebih ingin membeli kopi yang masih basah dan belum dikeringkan.
Lanjut dia, sudah banyak para pemborong yang berdatangan dalam sebulan terakhir. Para pemborong ini, ujar Yuyu, ada yang berasal dari Kota Bandung, Pangalengan, dan juga Jakarta. "Mereka sudah tahu kapan kita panen, jadi banyak yang datang untuk langsung membeli," ujar dia.
Untuk biji kopi yang kering, kata dia, dihargai Rp 30 ribu per kilogram. Sementara, untuk biji kopi yang basah, per kilonya dijual dengan harga Rp 23 ribu per kilo. "Ya mendingan jual kering," ujar dia.
Yuyu mengaku sudah menjual dua ton kopinya beberapa hari yang lalu. Biji kopi basah yang dijualnya, per kwintal dihargai Rp 2,3 juta. Menurut dia, harga kopi selalu stabil tanpa ada penurunan maupun kenaikan.
Terlebih, untuk menjualnya, pun tidak perlu repot-repot mendatangi pasar terdekat. Sebab, banyak para pemborong yang mengincar kopi hasil Batulonceng ini.
Seluruh warga di kampung tersebut, yakni berprofesi sebagai petani kopi dan peternak sapi perah. Yuyu pun, selain memiliki lahan garapan kopi, ia juga memiliki delapan sapi perahan. "Tiap warga di sini punya lahan kopi garapannya sendiri," ujar dia.