Jumat 12 Jun 2015 11:30 WIB

Takkan Ada Kecemburuan Meski AD Kembali Jadi Panglima

Rep: C26/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Panglima TNI Jenderal Moeldoko bersama KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo melakukan pembaretan ke Presiden Jokowi.
Foto: Republika
Panglima TNI Jenderal Moeldoko bersama KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo melakukan pembaretan ke Presiden Jokowi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Muhadjir Effendy tidak mengkhawatirkan adanya kecemburuan antar matra sebab pencalonan tunggal Kepala Satuan Angkatan Darat (KASAD) Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi Panglima TNI. Muhadjir menilai lembaga TNI pasti memiliki tradisi komando yang kuat sehingga tidak akan terpecah hanya karena pemilihan pimpinan dari matra manapun.

Ia menyebut tingkat disiplin yang tertanam juga terbilang sangat kuat dalam diri para prajurit hingga pejabatnya. Dengan kata lain, semua pasti akan menerima apapun yang diinstruksikan presiden sebagai panglima tertinggi.

"Saya kira di TNI ada tradisi komando yang kuat kadi nggak ada kecemburuan itu. Apalagi ini dipilih presiden sebagai panglima tertinggi," katanya kepada Republika, Kamis (11/6) malam.

Menurutnya kembali lagi pencalonan ini merupakan hak prerogatif Presiden Joko Widodo. Dipastikan presiden telah menpertimbangkan hal-hal strategis dalam pengajuan nama Jenderal Gatot. Oleh karena itu semua elemen publik sudah sepatutnya mendukung keputusan presiden.

Walaupun dari segi visi poros maritim dunia yang diusung Jokowi, seharusnya Angkatan Laut yang paling memungkinkan untuk mendukung hal tersebut. Namun, kata dia, jika melihat besaran satuan maka Angkatan Darat memang berpeluang strategis menjabat kembali. Ini dimungkinkan untuk menjaga pengawasan dan komando yang lebih kuat di antara ketiga matra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement