REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA—Kenaikan harga kebutuhan pokok seolah menjadi fenomena yang mutlak terjadi di seputar bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran. Jika tidak diintervensi pemerintah, hal tersebut berpotensi memunculkan gejolak ekonomi yang merugikan masyarakat.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan, kenaikan harga berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.
“Penurunan daya beli, jika tidak ditangani, dampaknya cukup berbahaya, karena bisa menjurus ke masalah sosial dan kriminalitas,” ujar Risma saat memimpin rapat koordinasi pengendalian stabilitas harga di Balai Kota, Kamis (11/6).
Menyadari kondisi tersebut, Risma menyampaikan, Pemkot Surabaya telah merancang sejumlah program untuk meredam gejolak harga. Salah satu di antaranya, melalui operasi pasar bertema bazar Ramadhan. Dihadapkan pada pertumbuhan ekonomi yang mengalami pelambatan menjelang Ramadhan tahun ini, Risma memerintahkan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Surabaya untuk menambah lokasi bazar Ramadhan.
“Tolong kalau bisa tahun ini lokasi bazar Ramadan dan operasi pasarnya ditambah menjadi 20 titik. Jika menemui kesulitan silahkan lapor saya nanti akan saya bantu,” kata Risma kepada Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (disperdagin) Surabaya Widodo Suryantoro.