REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo disebut tidak konsisten pada janjinya untuk tidak membagi kursi jabatan dalam pemerintahannya untuk partai koalisi yang mendukungnya.
Namun pada kenyataannya Jokowi mengajukan nama Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Sutiyoso sebagai calon kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Ketua Setara Institute Hendardi menilai pencalonan ini lebih mengarah pada bagi-bagi jabatan stategis di pemerintahan. Dalam pemilihan presiden tahun lalu PKPI menjadi salah satu partai pendukung Jokowi walaupun tidak ikut dalam pemilu legislatif.
"Ini juga bagian dari cara kerja Jokowi yang bagi-bagi kekuasaan kepada pendukungnya," katanya, Rabu (10/6).
Namun, walaupun begitu keputusan ini memang merupakan hak prerogatif presiden. Presiden pasti memiliki alasan-alasan tersendiri dalam pencalonan ini.
Sutiyoso juga dinilainya lebih baik dibandingkan nama-nama yang pernah mencuat sebagai calon Kepala BIN seperti Fachrul Razi, Sjafrie Sjamsoeddin, dan As'ad Ali
Menurutnya hal yang terpenting adalah Sutiyoso harus membuktikan bahwa pilihan presiden atas pencalonannya adalah tepat lewat kinerjanya.
Jika disetujui DPR, Bang Yos, panggilan akrab Sutiyoso, akan menggantikan pemegang jabatan sebelumnya yakni Marciano Norman.