REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengajukan nama Letjen (purn) TNI Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) kepada DPR. Meski dipandang memliki pengalaman yang cukup mumpuni di dunia intelijen, namun perkembangan terkini di dunia intelijen harus mampu dijawab Sutiyoso jika nantinya terpilih sebagai Kepala BIN.
Menurut Pengamat Intelijen, Ridlwan Habib, Sutiyoso memiliki kapabilitas dan kemampuan di dunia intelijen yang cukup baik. Terlebih jika melihat pengalaman kerja Sutiyoso, baik saat masih bergabung dengan Pasukan Sandi Yudha di Kopassus ataupun saat menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya/Jayakarta.
''Pengalaman intelijen tempur di Kopassus dan penguasan wilayah saat masih menjadi Pangdam Jaya membuat dia memiliki kemampuan intelijen yang sangat bagus,'' kata Ridlwan yang juga menjabat sebagai Koordinator Eksekutif Indonesia Intelegence Institute itu saat dihubungi Republika, Rabu (10/6).
Namun, Ridlwan menambahkan, dunia intelijen sudah banyak berubah sejak terakhir kali Sutiyoso masih aktif di dunia intelijen. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah pesatnya perkembangan teknologi intelijen (Tech Int). Cara-cara kerja intelijen yang konvensional, seperti membuntuti orang ataupun penggalian informasi dari pihak tertentu, sudah mulai banyak ditinggalkan.
Adanya open source intelegence atau social media intelegence yang berkembang lewat penetrasi teknologi informasi sudah banyak merubah cara kerja intelijen. Hal inilah yang harus disikapi Sutiyoso jika nanti terpilih menggantikan Letjen (purn) Marciano Norman sebagai Kepala BIN.
''Dia (Sutiyoso) bisa meng-update hal itu dengan membentuk tim atau staff khusus soal tech int tersebut dan memberi masukan kepadanya. Jika dia sendiri yang melakukannya, mungkin akan sedikit lama,'' ujar Ridlwan.