REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Jawa Tengah, menyatakan bahwa dua desa di wilayah itu mengalami krisis air bersih pada awal musim kemarau tahun 2015.
"Hingga saat ini, kami telah mengirimkan bantuan air bersih untuk warga di Kawunganten dan Bantarsari sekitar 10 tangki. Pendistribusian bantuan air bersih langsung ditangani oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) BPBD di masing-masing wilayah," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Supriyanto di Cilacap, Senin (8/6).
Menurut dia, bantuan air bersih tersebut hanya didistribusikan ke desa-desa yang telah mengajukan permohonan kepada Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui BPBD Cilacap meskipun tidak menutup kemungkinan sudah ada sejumlah desa lainnya yang mengalami krisis air bersih.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan BPBD Cilacap, wilayah yang rawan kekeringan maupun krisis air bersih sebanyak 77 desa yang tersebar di 13 kecamatan.
"Jumlah tersebut dapat dipastikan akan terus berkurang karena kami telah melakukan intervensi terkait pipanisasi dengan jaringan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Cilacap meskipun bersifat komunal," katanya.
Menurut dia, salah satu kecamatan yang telah dilakukan interkoneksi dengan jaringan PDAM Cilacap, yakni Patimuan sehingga dapat mengurangi jumlah desa rawan kekeringan di wilayah itu.
Selain itu, kata dia, pihaknya bekerja sama dengan Pertamina Refinery Unit IV Cilacap pada tahun 2014 telah membuat beberapa sumur pantek di daerah rawan kekeringan.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya juga telah menyiagakan dua mobil tangki untuk menyalurkan bantuan air bersih.
Akan tetapi, lanjut dia, jumlah tersebut belum termasuk mobil tangki milik PDAM Cilacap maupun Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) III Banyumas-Pekalongan. "Kami juga sudah menyiapkan alokasi bantuan air bersih sebanyak 200 tangki," katanya.