REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memperhatikan pasokan pangan yang cukup jelang Ramadhan 2015, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sangat mewanti-wanti agar pembukaan impor diminimalisir sekecil mungkin, bahkan jika perlu ditutup. Terlebih jika petani tengah melakukan panen komoditas tertentu, lantas ada impor untuk komoditas serupa, maka hal tersebut akan sangat melukai petani Indonesia.
"Soal impor, kalau harga naik sedikit jangan langsung impor, impor itu pilihan terakhir, saya yakin pemerintah juga kompak tidak ingin impor," katanya seusai kegiatan pengontrolan harga bahan pangan dadakan ke Pasar Induk Kramat Jati, Senin (8/6).
Ia pun bercerita soal beras yang harganya sempat naik hingga 30 persen di Februari lalu. Banyak pihak menuntut impor agar harga stabil. Tapi nyatanya, pemerintah bertahan dan tidak melakukan impor dengan membenahi alur distribusi.
Terkait urusan distribusi, ia pun melihatnya sebagai biang keladi mengapa setiap tahun jelang ramadhan dan hari raya harga pangan kerap melambung tinggi. "Ini karena rantai pasok, maka distribusinya, tata niaganya yang harus diperbaiki, kita koordinasi dengan Bulog dan Mendag," tuturnya.
Untuk tahun ini, dari hasil koordinasi antar kementerian dan lembaga, Mentan akan melakukan pencegahan agar harga pangan tak tinggi. Bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan membuka pasar murah, berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan menyediakan Angkutan Perintis Bahan Pokok dan membuka jalur khusus distribusi pangan di mana salah satunya, tak boleh ada antre untuk distribusi pangan di pelabuhan, serta pemantauan yang melibatkan kepolisian. Pemantauan tersebut akan dilakukan sehari dua kali.
Contoh pembukaan pasar murah salah satunya telah ia lakukan di Pasar Terong, Makassar. Beberapa waktu lalu di sana sempat terjadi kenaikan harga pada bawang. "Lalu kita ambil bawang dari Jeneponto (wilayah lain yang memiliki pasokan bawang), sehari langsung turun Rp 3 ribu," ungkapnya.