Senin 08 Jun 2015 00:23 WIB

Jelang Ramadhan, Waspadai Makanan Kedaluwarsa yang Beredar

Pasar Kuliner Ramadhan (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Pasar Kuliner Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Ahmad Nawardi mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai makanan-makanan yang kedaluwarsa dan berbahaya untuk dikonsumsi menjelang bulan suci Ramadhan 2015.

"Makanan kedaluwarsa kadang terlepas dari pantauan kita. Jika tidak waspada maka sangat berbahaya untuk dikonsumsi," ujar anggota dewan asal Madura, Jawa Timur itu kepada wartawan di Surabaya, Ahad (7/6).

Menurut dia, kekhawatiran terhadap makanan berbahaya disinyalir akan beredar, seiring meningkatnya permintaan. "Makanan kedaluwarsa ini banyak beredar di daerah jauh dari sentral produksi dan distribusi serta sulitnya akses transportasi," katanya lebih lanjut.

Mengantisipasinya, eks legislator DPRD Jatim itu tidak akan berhenti berkoordinasi dan aktif berkomunikasi dengan pemerintah untuk mengawasi peredaran makanan.

Dirinya juga menambahkan, pihaknya telah menggelar rapat dengar pendapat antara Komite II DPD RI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait makanan kedaluwarsa.

"Minuman ringan, makanan ringan, biskuit, mi instan, kopi, susu UHT dan susu bubuk menjadi jenis makanan yang paling banyak ditemukan kedaluwarsa," katanya.

Karena itu, lanjut dia, BPOM diminta memperluas area pengawasan dan berharap ada penambahan di jumlah tenaga pengawas pangan. "Yang terpenting juga koordinasi lintas sektoral. Jika nantinya ditemukan, minimal kami mengirim rekomendasi ke pemerintah, sekaligus meminta tanggapan," ucapnya.

Komite II DPD RI juga merekomendasikan agar ditingkatkan pengawasan terhadap produk pangan yang rusak. "Ini adalah kewajiban pemerintah untuk memberikan rasa aman bagi masyarakatnya," tukas eks politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.

Sementara itu, terkait sumber pangan di Indonesia juga menjadi perhatian serius DPD RI karena produksi pangan Nasional dihadapkan dengan berbagai kendala besar.

Kendala itu, kata dia, di antaranya menurunnya permukaan air tanah, laju peningkatan produksi yang mulai stagnan, perubahan iklim yang mengacaukan pola budi daya serta meningkatnya serangan organisme pengganggu tanaman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement