REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Laju erosi bantaran Sungai Citarum yang semakin tak terkendali, menyebabkan tingginya laju sedimentasi yang terjadi di Waduk Saguling. Tingginya laju sedimentasi saat ini, 4,26 juta meter kubik per tahun, berimbas pada memendeknya usia pakai waduk.
Diperkirakan, 30 tahun lagi waduk tidak bisa menjalankan fungsinya lagi. Pasalnya, waduk yang diresmikan pada 1985 ini, memasok air ke pembangkit listrik dengan kapasitas 700 megawatt.
General Manager PT Indonesia Power Hendras Wayen menjelaskan, laju sedimentasi saat ini lebih tinggi 9 persen dibandingkan laju sedimentasi pada 2004 silam.
"Ini di Sungai Citarum terjadi peningkatan laju sedimentasi. Untuk perhitungan waktu sisa umur, tinggal 30,37 tahun lagi. Harapan kami bisa bertahan sampai 50 tahun ke depan. Tapi saat ini kalau kita bertahan laju sedimentasi di angka 4,7 juta tadi ya ga mungkin," jelas Hendras, Ahad (7/6).
Lebih lanjut, Hendras menjelaskan bahwa pengukuran profil waduk pernah dilakukan pada tahun 1985 lalu. Dalam pengukuran saat itu, batas limpas (luber) air pada ketinggian 643 meter di atas permukaan laut dengan luas waduk 67,5 juta meter persegi. Volume tampungnya sebesar 875 juta meter kubik. Saat ini, volume tampung hanya 730 juta meter kubik atau ada penurunan kapasitas sebesar 16,51 persen.
"Jadi butuh peran serta dari semua insan yang berdekatan dengan waduk Sangguling maupun Sungai Citarum. Karena permasalahan awal kan di Sungai Citarum. Kalau di sana tidak ada erosi maka tidak akan ada kenaikan laju sedimentasi," kata Hendras lagi.
Penyebab tingginya laju erosi di bantaran Sungai Citarum disinyalir adalah banyaknya warga lokal yang bermata pencaharian penambang pasir tradisional. Salah satu solusi yang dilakukan oleh PT Indonesia Power adalah dengan memberikan pelatihan kerja bagi para warga agar terjadi pengalihan profesi.