Sabtu 06 Jun 2015 14:49 WIB

MUI Jabar: Pedagang yang Timbun Bahan Pokok akan Kena Laknat

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bayu Hermawan
Pasar Sembako
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Pasar Sembako

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menjelang bulan suci ramadhan, semua pihak mengantisipasi kenaikan inflasi. Tak terkecuali, ulama di Jawa Barat pun mulai dilibatkan untuk mengantisipasi tingginya inflasi ini.

Ketua MUI Jabar Rahmat Safei mengatakan, inflasi atau kenaikan harga barang terjadi karena ada gangguan di sektor produksi, distribusi atau konsumsi.

Namun, inflasi juga bisa terjadi akibat ulah pedagang yang melakukan penimbunan. Harga barang naik karena stok barang terkesan hilang dari pasaran.

"Inflasi bisa terjadi akibat permainan pedagang mengambil kesempatan dengan menimbun barang supaya harga naik. Pedagang yang nimbun akan kena laknat," ujar Rahmat, di Gedung Pusdai Jabar, Jumat (5/6).

Menurutnya, pedagang mesti punya etika bisnis yang baik dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah. Pedagang diperbolehkan mengambil keuntungan asal dengan wajar.

Republika Online menghadirkan kanal Khazanah Ramadhan 2015. kirimkan tulisan tentang pengalaman puasa atau kegiatan Ramadhan di lingkungan anda beserta fotonya ke [email protected]

Ia menjelaskan, pedagang yang berperilaku baik akan mendapatkan limpahan rezeki dan baraqah. Pedagang mesti punya tujuan untuk memakmurkan umat dan bukan untuk menguasai yang berujung menimbulkan keserakahan.

"Pedagang bahan pokok tidak boleh mengambil keuntungan banyak karena ini kepentingan umum," katanya.

Selain karena perilaku pedagang, kata dia, inflasi juga muncul akibat ulah konsumen. Menjadi sebuah kebiasaan saat Ramdhan, tingkat belanja masyarakat meningkat.

Karena itu, kata Rahmat, ulama mesti memberikan pencerahan kepada umat agar Ramdhan tidak terjadi inflasi. Masyarakat mesti belanja secara wajar dan memperbanyak sedekat dan zakat.

"Umat harus menyikapi dengan baik bulan puasa. Ramdhan di Malaysia tidak terjadi inflasi," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement