REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH -- Pengurus Majelis Perundingan Pelajar Kebangsaan (MPPK) Muhamad Anas Bin Misbahudin mengutuk keras penindasan terhadap Muslim Rohingnya karena sudah sangat menciderai hak asazi manusia (HAM).
"Kita sangat mengutuk keras tindakan yang tidak berperikemanusiaan terhadap Rohingya, sering kita suarakan di media sosial. Bagaiamanapun kita terus coba masuk menyampaikan suara di Malaysia mengutuk pihak-pihak yang menindas Rohingnya," katanya di Meulaboh, Aceh Barat, Sabtu (6/6).
Usai temu ramah dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Meulaboh, Universitas Teuku Umar (UTU) serta muspida Aceh Barat diaula sekdakab, rombongan mahasiswa Universiti Sultan Zainal Abidin (UniSZA) Terengganu, Malaysia kedatangan rombongan mahasiswa itu dipimpin Prof Dr Nik Wan Bin Omar.
Muhamad Anas yang juga Presiden Majelis Perwakilan Pelajar UniSZA ini menyampaikan, mahasiswa di negaranya prihatin dengan kondisi etnis Rohingya sehingga Kerajaan Malaysia juga menyikapi serius berkaitan hal itu.
Dia menyampaikan sudah lama terlibat dalam memperjuangkan persoalan pelangaran HAM, persoalan Rohingnya selama ini juga menjadi perhatian komunitas mahasiswa di Malaysia agar ada solusi dari negara Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
"Bukan hanya di Aceh tapi Malaysia juga di sana ada penampungan untuk Rohingnya seperti di Langkawi, mahasiswa kita sangat prihatin dan juga membuat tabung-tabung (galang dana) untuk warga pengungsian di university untuk membantu," imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan, Kerajaan Malaysia saat ini juga tengah berfokus mencari dalang perbuatan perdagangan manusia terkait banyaknya informasi beredar bahwa Malaysia adalah tujuan para imigran, sampai-sampai terjadinya penganiayaan di tengah laut lepas.
Persoalan adanya temuan kuburan masal di kawasan Malaysia Muhamad Anas mengatakan tidak begitu memahami, meski demikian kalangan mahasiswa berharap kejadian demikian tidak patut berlaku di negara mereka.
Dirinya juga menyampaikan hubungan Indonesia dan Malaysia selama ini sangat baik apalagi kedua negara ini dinyatakan serumpun terutama dalam menimba ilmu pengetahuan sehingga tidak patut bila ada isu-isu ketidak harmonisan antara kedua negara ini.
"Kami sangat baik, buktinya pelajar dari Aceh, Indonesia ke Malaysia kita terima dengan baik begitupun sebaliknya, saya yakin Indonesia dan Malaysia sangat rapat dan kita masih serumpun," katanya menambahkan.