REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Depok dan Malang KH Hasyim Muzadi mengingatkan kepada para petugas dan jamaah haji Indonesia agar mempersiapkan hati dalam menjalankan ibadah rukun Islam kelima. Menurut Hasyim, setidaknya ada empat masalah pokok dalam proses ibadah haji yang harus diperhatikan oleh para petugas haji.
"Nomor satu adalah penataan hati dalam menjalankan ibadah yang paling besar ini," kata Hasyim saat memberikan materi pembekalan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1436 H/2015 M di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat (5/6).
Adapun tiga masalah pokok lainnya adalah pelaksanaan wukuf haji yang dikemas dalam manasik haji, peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk haji, dan tambahan tugas pelayanan jamaah haji bagi petugas PPIH.
"Empat faktor ini semuanya sulit dan harus dioptimalkan. Sekalipun sulit, penuh tantangan, tapi ada kebahagiaan luar biasa apabila mampu dijalani," ujar anggota Wantimpres tersebut.
Mantan ketua umum PBNU itu melanjutkan, keberhasilan menata hati akan menjadikan ibadah haji terasa sebagai ibadah. Sebaliknya, kegagalan menata hati hanya akan membuat perjalanan haji terasa seperti perjalanan wisata semata.
Menata hati, kata dia, bisa tercermin dari peningkatan kualitas ibadah standar yang dilakukan sebelum berangkat berhaji. Secara umum, ibadah standar yang dimaksudkan Hasyim adalah pelaksanaan ibadah wajib, seperti shalat lima waktu dan puasa di bulan Ramadhan. Selain itu, calon haji juga harus mampu meningkatkan pengamalan ibadah-ibadah sunah dan hubungan antarmanusia (hablum minannas).
"Jangan gara-gara ancang-ancang ingin berhaji, shalatnya lupa. Alasannya, nanti saja naik haji untuk menambal yang kurang-kurang lima kali sehari, itu salah," ujar Hasyim.
Dia melanjutkan, calon haji, termasuk petugas PPIH, hendaknya membereskan ibadah-ibadah wajib (haqullah) yang diperintahkan Allah SWT sebelum bertamu ke Baitullah. Logikanya, semua calon haji sejatinya tamu yang akan datang ke rumah Allah SWT. Agar calon haji pantas menjadi tamu, maka sudah sepantasnya menjalankan perintah ibadah dari sang pencipta yang akan ditamui.
"Mumpung ada puasa, maka kewajiban-kewajiban haqullah, ibadah mahdloh dan kesunahan-kesunahan hendaknya bisa dijalankan pada Ramadhan dan Syawal nanti," kata Hasyim.