Jumat 05 Jun 2015 16:51 WIB

Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan di Kota Bandung Meningkat

Rep: C01 / Red: Ani Nursalikah
Kekerasan terhadap perempuan (ilustrasi)
Foto: wordpress.com
Kekerasan terhadap perempuan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Pelayanan Terpadu Pelayanan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Bandung, terjadi peningkatan kasus kekerasan pada perempuan dan anak. P2TP2A menyatakan salah satu faktor utama terjadinya kekerasan ialah ekonomi.

Kepala UPT P2TP2A Kota Bandung Lina Herlina menyatakan faktor ekonomi serta tidak adanya keharmonisan dalam keluarga merupakam faktor utama terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak. Untuk kekerasan dalam rumah tangga, perempuan masih mendominasi sebagai korban.

Sedangkan anak lebih sering menjadi korban kekerasan dalam kasus bullying, pemerkosaan dan pelecehan seksual.

"Kebanyakan mereka dominan memiliki tingkat perekonomian menengah ke bawah," kata Lina di Balai Kota pada Kamis (4/6).

Pada 2014 P2TP2A mencatat 120 kasus kekerasan fisik dengan 40 kasus kekerasan biologis. Selain itu, P2TP2A juga mencatat kasus kekerasan seksual sebanyak 26 kasus.

Sedangkan kasus pertanggungjawaban ekonomi atau tidak dinafkahi sebanyak 107 kasus. Lina menyatakan angka ini kerap mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan biasanya presentasinya berkisar di angka 20 ke atas untuk setiap jenis kasus.

Untuk menekan angka tersebut, P2TP2A menyatakan ada 12 konsultan dari pelayanan hukum agama, ekonomi, kesehatan dan lainnya yang berkontribusi. Tugas dari para konsultan tersebut ialah melakukan upaya pencegahan terhadap tindak kekerasan pada perempuan dan juga anak.

Selain itu, konsultan juga bertugas mengupayakan penanganan ketika terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga. P2TP2A juga terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, di antaranya kepolisian dan kedinasan terkait. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement